Saat ini Indonesia kembali sedang tidak baik-baik saja. Terbukti dengan adanya Aksi Demonstran yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai daerah. Hal ini disebabkan karena lahirnya sebuah wacana penundaan pemilu, 3 periode, minyak goreng langka dan lain sebagainya.
Bagi masyarakat, aksi demonstran bukanlah sesuatu yang lazim lagi terjadi. Karena titik kejelasan bangsa berada pada tangan mahasiswa hari ini. Ia merupakan penyambung lidah rakyat. Bahkan catatan sejarah menjadi saksi tentang mahasiswa bagaimana kehadirannya menjadi ujung tombak yang paling penting dalam pembangunan bangsa. Termasuk presiden pertama dan kedua jatuh akibat gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mereka.
Adanya aksi demonstran mahasiswa menjadi alarm tersendiri bagi pemerintah agar mengambil sikap secara hati-hati. Namun disisi lain, saat berlansungnya aksi demonstran tersebut, kerap kali hal aneh condong diperlihatkan oleh mereka dengan adanya tulisan-tulisan lucu yang tertera di beberapa spanduk hingga berakhir menjadi sebuah sorotan publik.
Hal semacam itu kemudian membuat masyarakat mengguyurkan berbagai komentar-komentar negatif bagi para mahasiswa yang selama ini dikenal sebagai seorang akademisi. Nilai-nilai Moral of Force selalu digaung-gaungkan menjadi ternodai akibat ulah beberapa oknum yang mengatasnamakan mahasiswa. Miris sekali, budaya agar dinilai terlihat keren dianggap justru melukai idealisme gerakan.
Sadar atau tidaknya mahasiswa dalam melakukannya takkala nasi sudah menjadi bubur. Beberapa media mulai menyorotnya, perangkat aksi dihiasi dengan tulisan nyeleneh berbau pornografi sudah menjadi sesuatu yang di konsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Parahnya, mahasiswa yang melakukan seperti itu tak pernah ada atau terjun ketika konsolidasi aksi demonstran berlansung.
Yang katanya seorang akademisi harusnya mampu memperlihatkan moral yang baik dihadapan umum. Tan Malaka mengatakan "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda." Akan tetapi, kemewahan yang dimaksud sudah melebur menjadi sebuah abu negatif dari kejadian aneh yang dipertontonkan oleh mahasiswa ketika aksi demonstran.
Adanya situasi seperti ini, seharusnya mahasiswa mampu mengambil sikap yang baik dalam melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksudkan ialah dengan menyadari bahwa gerakan demonstran adalah nilai-nilai sosial yang baik dan dijaga, jadi tidak hanya berakhir eksistensi semata. Walaupun nyatanya tulisan-tulisan tersebut hanya sebagai perangkat aksi dan terkesan lucu, akan tetapi tetap saja melahirkan paradigma negatif dari kalangan masyarakat terhadap mahasiswa.
Jadikan pembelajaran oleh kita semua terkhususnya mahasiswa bahwa yang diperlukan dalam gerakan aksi demonstran ialah dengan memperlihatkan perangkat aksi yang betul-betul terkesan akademisi. Semisal tulisan-tulisan lucu dibumbui kritikan, hiasan lukisan-lukisan unik dan lain sebagainya. Agar nilai-nilai gerakan aksi demonstran selalu tetap terjaga dengan pola pikir yang baik dari publik.
Harapan terbesar bangsa Indonesia ada pada tangan mahasiswa hari ini, jika gerakan demonstran yang dilakukan mahasiswa kerap menimbulkan berbagai polemik negatif ditengah masyarakat termasuk permasalahan diatas, maka generasi pelanjut akan melakukan hal yang sama. Maka diperlukan idealisme yang betul-betul dikatakan idealisme dan bukan hanya sebatas jargon. Sehingga mahasiswa selaku sebagai masyarakat akademisi dapat mampu terbang menjunjung tinggi dalam memajukan negara yang kita cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H