Putriku,
Ribuan orang tua ingin mengirimkan catatan ini kepada anak gadisnya, tapi hanya sebagian saja dari mereka yang benar-benar melakukan. Dan ketika engkau menerima surat ini, semoga kerinduan ini mendapatkan tempat yang semestinya.
Putriku,
Tidak ada yang berbeda, selain hitungan beberapa kilometer saja dari rumah engkau dibesarkan dulu dengan tempat di mana engkau berjuang saat ini. Tidak ada pula yang lebih diharapkan dari seorang anak, selain rindu yang selalu diusahakan jalan keluarnya. Â Dan tentunya, kami saat ini juga merindukanmu. Meski tidak terobati dengan tatapan muka, setidaknya surat ini sudah cukup menggantikannya. Sekedarnya saja.
Putriku,
Seakan baru kemarin kita bersama di bawah lindungan atap rumah ini. Lihatlah, kini kamarmu tampak semakin sepi, tapi selalu wangi dan rapi. Hingga akhirnya kamu memilih jalanmu untuk mandiri, mencoba mencari wajah-wajah teman yang baru, dan itu yang sedari dulu kau mau. Baik-baiklah kamu di Pesantren Nak, kawal cita-citamu..!
Putriku,
Kamu telah memilih kedewasaanmu lebih dini, dan itu kami hargai. Hidup dengan umurmu saat ini adalah pilihan antara diam berdiri atau lari untuk mengejar, jadi pilihlah hal yang akan membuatmu menjadi lebih terlatih. Berlarilah, kejarlah kesempatan yang mungkin hanya melintas sekali.
Putriku, DIA itu Robb-Mu...
DIA adalah tempat beristirahat saat perjalanan dunia terasa semakin berat. DIA menjadi tempat mengadu saat semua kepenatan hidup serasa tidak bersumbu. DIA adalah tempat bersandar saat semua tembok dunia jatuh berpencar. Karena Robb-Mu adalah Tuhan yang tak pernah bosan, maka mintalah apapun darinya tanpa pernah merasa habis apa yang engkau butuhkan.
Putriku, Jadilah Aisyah...
Dia adalah Humairaa', pipinya pernah kemerah-merahan seperti pipimu. Dia adalah pengikut Kebenaran yang paling setia, mendampingi Kebenaran tersebut dan menjaganya sampai berakhir di penghujung senja. Dia adalah wanita yang berkata di balik hijabnya, dan mengajarkan kalam terbaik dari Manusia mulia yang buta aksara. Dia adalah Aisyah, dia menjadi pendamping kebenaran selama hidupnya, dan semoga engkau menjadi pendamping kebenaran selama hidupmu.
Putriku, Jaga Auratmu...
Kamu adalah anakku yang tercantik, sedari dulu dan sampai nanti. Dulu engkau pernah berkata; Perhiasan wanita terhormat itu dengan cara menutupinya, dan memberi pembatas agar kelak semakin layak untuk yang halal menyentuhnya. Semoga ini akan selalu menjadi prinsipmu, dan menjadi penerang bagi manusia-manusia yang hendak mengambil cahaya.
Putriku, Berbagilah...
Jalan mencari kebaikan itu ada di mana-mana. Berusahalah menjadi baik dan paksalah untuk belajar memberi. Tidak semua yang engkau punya, harus selalu kau beri tanda, berbagilah. Ada banyak pasang mata melihat bahagia terhadap sesuatu yang kita punyai saat ini, maka bukalah sedikit jalan untuk berbagi. Jika hidup bukan karena dasar memberi, maka matahari akan selalu bermalas-malasan, sehingga akan gelaplah bumi sepanjang hari. Tak ada cahaya kehidupan.
Putriku, Bacalah...
Hingga engkau telah menyelesaikan akhir baca surat ini, simpanlah di hatimu. Hati adalah tempat penyimpanan semua jenis kosa-kata, dan akan mengolahnya menjadi sebuah kalimat terpuji yang menyegarkan harimu nanti.
Bogor, 19 Maret 2019