Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Datangi Psikolog: Emang Boleh Setakut Itu?

8 Januari 2024   23:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   13:59 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi psikologis orang dewasa (freepik.com/shurkin_son)

Mengekor dunia perihal kesehatan mental sangat kental diperbincangkan khalayak ramai. Isu aktual itu setia sliwar-sliwer menggoda untuk dijadikan topik bahasan. Ada yang bilang kesehatan mental lebih utama dibanding kesehatan fisik. 

Capeknya kesehatan mental tak sebanding dengan kesehatan fisik. Ungkapan bermakna dalam. Tak pandang status dan gender seseorang, kelelahan mental bisa sebabkan berbagai karakteristik depresi. 

Gangguan kesehatan mental yang disebut depresi dapat mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan bertindak seseorang. 

Gejala secara umum adalah merasa sedih dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang menjadi rutinitasnya. Kondisi buruk tersebut kemudian dapat mengakibatkan berbagai masalah emosional dan fisik. 

Efek depresi dapat berlangsung lama atau bahkan berulang. Tidak hanya itu, gangguan kesehatan ini juga dapat memburuk dan bertahan lebih lama bila tak mendapatkan penanganan. Jika depresi tak kunjung berakhir, bersiaplah menjaga ketat kesehatan mental, spiritual, maupun jasmani. 

Lantas, apa kaitan depresi dengan berkunjung ke psikolog? Apakah hanya orang yang mengalami depresi saja yang diwajibkan pergi ke psikolog? Tentu jawabannya adalah tidak.

Depresi merupakan partikel kecil dalam dunia psikologis. Keilmuan tentang kejiwaan seseorang itu diambil dari bahasa serapan Belanda (psychologie) yakni salah satu bidang ilmu pengetahuan dan terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, serta proses mental manusia melalui prosedur ilmiah. 

Pelaku yang melakukan praktik psikologis disebut sebagai psikolog. Tugas psikolog berusaha memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu baik pada fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas proses fisiologis, neurologis, dan psikososial. 

Berdasarkan ruang lingkup para psikolog, kebanyakan masyarakat enggan menggunakan jasanya. Hal ini sebanding dengan fenomena munculnya stigma keberadaan psikolog, "Apa boleh setakut itu terhadap psikolog?" 

Kiranya aspek apa saja yang sudah mengelabuhi ketakutan atau sekadar tidak percaya bahwa mitos-mitos terhadap psikolog nyata adanya.

Perlu tepisan serta tanamkan pemahaman bagi seorang klien jika masih ragu ketika hendak berkonsultasi ke psikolog. Paparan berikut mengingatkan saya pada beberapa wali murid. Mereka cenderung menolak jika berhubungan dengan psikolog. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun