Setelah melewati berbagai stan, kaki dan mata saya seolah kompromi untuk request rehat sejenak. Mata ini terbelalak melihat piawainya seorang pedagang, ditangan kanannya terdapat tusuk bambu dicolekkan pada adonan. Tangan sebelah kiri membuat bentuk menyerupai dot bayi.Â
Wah, nostalgia masa SD dulu dong. Ya, gulali colek atau gulali cetak merupakan makanan jadul yang terbuat dari olahan gula pasir. Jajanan ini tak usang oleh waktu. Nyatanya antrian mendapatkan gulali tersebut cukuplah panjang. Bermodal gerobak tanpa roda yang bisa diselempangkan, Pak Hamid (sapaan penjual) sudah 35 tahun mengais rejeki dengan berjualan gulali. Â
Selain jenis gulali colek, metode gulali cetak juga ditekuni oleh pria paruh baya itu. Â Gulali colek bersifat elastis memudahkan Pak Hamid dalam memenuhi bentuk pesanan pembeli. Pak Hamid menyiapkan 10 cetakan. Cetakan-cetakan itu ada yang berukuran kecil, sedang, dan besar.Â
Saya tertarik dengan cetakan tuyul. Detail penggambaran tuyul dengan sosoknya yang kecil mampu terwakilkan ketika gulali sudah jadi.Â
Cetakan lainnya berbentuk macam-macam sayuran, kendaraan, hati, burung, dan ikan. Harga menyesuaikan kecil-besarnya gulali. Hanya RP1.000 gulali tuyul sudah bisa saya nikmati. Pria asal Pemalang itu setiap harinya berjualan di sekitar UPT SD Negeri 7 Gresik.Â
Yuk arek-arek Gresik, siapa ingin merasakan serba serbi CFD, datang dan nikmatilah setiap hari Minggu. Ojo lali sangune yo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H