Semua hal ada masanya, begitu seorang bijak pernah berkata. Pun dalam sepakbola, setelah hampir satu dekade kita disuguhi penampilan cantik nan menawan oleh gaya tika tiki (tic-tac) dari klub Barcelona maupun timnas Spanyol, di tahun ini tepatnya di perhelatan kompetisi sepakbola terakbar, Spanyol sebagai pemegang sah gaya tiki-taka harus pulang lebih awal karena tidak bisa melewati fase penyisihan grup. Sebagai incumbent pemegang piala dunia sebelumnya di Afrika Selatan tentu ini mengejutkan. Namun, tidak lama sebenarnya kita juga menyaksikan hal serupa pada Prancis sebagai pemegang piala dunia 1998. Pada piala dunia tahun 2002 di Korea Selatan & Jepang, pun tidak bisa melewati babak penyisihan grup.
Apa yang terjadi sebenarnya mungkin akan banyak analisa yang nanti ditulis oleh dari para penikmat bola hingga para expert di bidang ini. Namun, kembali pada kalimat awal, nampaknya pelatih Spanyol lupa akan hal ini. Dengan membawa sebagian besar pemain kunci pemenang piala Eropa 2008 (6 tahun lalu) tentu akan sangat riskan untuk bertarung dalam kompetisi yang tentu sangat melelahkan. Faktor lain biarlah para pemerhati sepak bola nanti mengungkapkan. Namun, faktor ini saya percaya menjadi faktor yg paling menentukan Spanyol harus angkat koper sangat cepat.
Dalam kehidupan yang dinamis ini, makhluk yang akan bertahan “hidup” adalah yang paling dapat menyesuaikan diri atau adaptasi pada lingkungan. Dalam hal ini, mengingat kembali cerita dinosaurus dan kecoak tentu sangat relevan. Dulu meraka kurang lebih pernah hidup di era yang sama. Tetapi kenapa kecoak sekarang masih ada, para ahli sepakat bahwa kemampuan adaptasi kecoak sangat baik, tidak seperti dinosaurus yang kalau hanya melihat ukuran badan akan mengesankan pada kekuatan yang besar.
Kembali ke urusan bola, setelah era tiki-taka gaya apa lagi yang akan menyita para pemerhati dan penikmat sepak bola ke depan. Mungkin jawaban itu akan sedikit terjawab setelah usainya perhelatan piala dunia tahun ini. Akankah Belanda dengan karakter determinasi tingginya, ataukah Jerman akan membawa kembali kelugasan dan ketaktisannya, ataukah Italia kembali membawa pertahanan kuatnya mengangkangi yang lain, ataukah Prancis dengan kekuatan dan kerjasama yg solidnya akan kembali merebut tahta yg pernah mereka raih di rumah sendiri, ataukah kembali faktor tuan rumah dan permainan bergaya ala Brazil akan memberi faktor penentu untuk meraih piala dunia kali ini. Jawabannya akan menjadi jelas usai final di kota Rio de Janeiro tanggal 14 Juli 2014.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI