Mohon tunggu...
Kibas
Kibas Mohon Tunggu... Editor - Pemuda desa.

Di sini aku hanya menerjemahkan kicauan burung yang ada dalam kepalaku, risih jika tak dikeluarkan. Maka, selamat membaca kicauan burung milikku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Berhikmah

8 November 2020   11:39 Diperbarui: 8 November 2020   11:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berbisik nyanyian dengan selembar kasih
Cukup lirih didengarnya, hampir tak jelas
Tak bermakna pula iringan gitar dari pemilik kedai dini hari
Hanya paras nan anggun, itu saja

Menjelang terbit, ia memasang muka kusut
Tanda tak tercapainya sebuah harapan
Ia berkata dengan suara halus layaknya wanita "besok aku akan ke sini lagi!"
"jangan, sebelum kau menulis warkat untuk pujangga yang tiap hari mencari makna dalam petikan gitarku!" sahut sang pemilik kedai

Barangkali hidup hanya bermakna untuk kenyataan
Pohon anggrek pun tahu siapa yang menghidupi mereka
Sedang manusia hanya bisa menerka
Seperti paras anggun yang banyak tafsir

Mentari kian naik dan siap menerangi kegagalan
Si pemuda nganggur itu berjalan pulang membawa nasib
Sama sekali tak ada hikmah yang dipetik
Ia hanya merujuk pada kebahagiaan nisbi

Malang, 8 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun