Mohon tunggu...
Kibas
Kibas Mohon Tunggu... Editor - Pemuda desa.

Di sini aku hanya menerjemahkan kicauan burung yang ada dalam kepalaku, risih jika tak dikeluarkan. Maka, selamat membaca kicauan burung milikku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diri Mencerminkan Lawan

14 Februari 2020   21:14 Diperbarui: 14 Februari 2020   21:23 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa waktu saya hidup dengan pikiran ngawang, hidup dengan adaptasi minimalis yang sama sekali jauh dari kata bijaksana. Sering tak hirau kepada seseorang yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Sampai dia membuka mulut tentang masa kecil nan suram sejak terbitnya fajar. Sungguh ironi dramatik.

Dia sering kali memamerkan masa remaja yang kalut dengan meninggalkan rasa malu untuk menghibur banyak orang. Dia menganggap hal seperti itu balas dendam. Ya! Balas dendam untuk masa kecil yang kurang kasih sayang dari seorang ibu.

Bayi mungil yang tumbuh apa adanya hingga sekarang menjadi pria jantan, segala kekurangan di masa lalu membuatnya semangat melangkah di atas jalan tak berujung. Ia bangga dengan itu semua, ia sama sekali tak menyalahkan Tuhan atas penderitaannya. Ia hanya tak acuh dengan segala bencana, ia yakin bahwa Tuhan maha pengasih dan penyayang.

Saya mencoba lebih bijaksana dalam menyikapi semua hal. Tak lantas menghakimi bahwa ia sangat benar atau sebaliknya. Semua orang berhak memilih jalan untuk sampai tujuan. Mungkin pepatah yang pantas untuk pengalaman saya adalah "tak kenal maka tak sayang." 

Setidaknya kita bisa berdaulat dengan diri sendiri. Tak banyak meniru orang di televisi yang hidup dengan kemewahan. Bijaksana kepada segala hal yang datang kepada kita.

"Selama kaki belum njarem, tak menjadi masalah jika kita terus melangkah di atas jalan tak berujung. Keindahan akan datang jika kita pandai menikmati segala anugerah atau bahkan musibah."

Seperti orang dewasa pada umumnya, ia sekarang sibuk mempersiapkan kekasih untuk dipinang. Dan tak lama lagi ia akan menikahi seorang gadis yang umurnya sangat jauh lebih muda saat matahri mulai tenggelam.

Denpasar, 14 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun