Mohon tunggu...
Muharil
Muharil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

YNDTKTS

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ngomongin Self-Care: Jangan Asal Cuman Aesthetic, Tapi Beneran Healing Demi Kebaikan Mental

24 Oktober 2024   22:44 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:34 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Kita sering banget dengar istilah self-care belakangan ini. Gak bisa dipungkiri, di era media sosial yang serba estetik, self-care seringkali diidentikkan dengan gambar-gambar cantik di Instagram mulai dari skincare routine yang mulus tanpa cela, lilin aromaterapi yang menyala, sampai bubble bath yang dipenuhi bunga-bunga. Tapi, apa itu benar-benar self-care? Atau jangan-jangan, kita cuma ngejar tampil aesthetic tanpa benar-benar healing dari dalam?

Nah, di sini kita bakal ngomongin self-care yang sebenarnya. Yang bukan cuma buat konten atau pamer ke followers, tapi beneran bikin hati, pikiran, dan jiwa kita jadi lebih sehat. Yuk, kita dalami lebih jauh kenapa self-care itu penting, dan gimana caranya biar gak cuma kelihatan luar aja, tapi juga ngena ke dalam!

1. Self-Care Itu Bukan Cuma Skincare 

Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Banyak orang yang ngira self-care itu cuma soal skincare routine atau treatment di salon, padahal itu cuma bagian kecil aja. Iya, ngerawat kulit penting, tapi jangan sampai cuma fokus ke luar dan lupa ngerawat diri dari dalam. Self-care adalah tentang menjaga keseimbangan antara fisik, mental, dan emosional kita.

Kesehatan mental, misalnya, seringkali terabaikan karena kita sibuk ngejar standar-standar glow-up dari luar. Padahal, glow up sesungguhnya dimulai dari dalam. True self-care itu tentang kasih waktu buat diri sendiri, dengerin apa yang badan dan pikiran kita butuhin, dan bikin keputusan yang bikin kita merasa lebih baik secara menyeluruh, bukan cuma sekadar tampil cakep.

Biar hati dan pikiran juga "glowing," penting buat ngejaga kesehatan mental dengan journaling, meditasi, atau sekadar istirahat dari hiruk-pikuk medsos. Kalau kamu lagi capek secara emosional, coba ambil waktu buat duduk tenang, jauhkan diri dari hal-hal yang bikin stres, dan dengerin dirimu sendiri.

2. Self-Care Gak Selalu Instagramable

Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Terkadang, self-care yang beneran healing justru gak kelihatan keren di media sosial. Kamu gak perlu posting foto estetik atau ngerasa harus kelihatan "on point" buat bilang kamu lagi self-care. Sebaliknya, self-care bisa jadi hal-hal sederhana yang gak kelihatan wow, kayak tidur lebih lama, masak makanan sehat, atau sekadar ngobrol sama temen deket tanpa harus terkesan "terlihat produktif."

Jadi, gak usah mikirin terlalu banyak soal "bikin konten" pas kamu lagi ngejalanin self-care. Yang penting, fokus ke hal-hal yang bikin kamu ngerasa lebih baik. Jangan sampai self-care kamu berubah jadi beban buat ngejar estetika. Ingat, healing bukan soal tampil, tapi soal perasaan nyaman dari dalam. Beneran deh, no filter needed.

Coba bayangin ini: kamu punya rutinitas harian yang sibuk banget, dari pagi sampai malam kamu terus-terusan terlibat dalam tugas, pekerjaan, atau kuliah. Di akhir hari, yang tubuh dan pikiran kamu butuhin bukan bubble bath yang penuh bunga, tapi mungkin cuma tidur nyenyak selama 8 jam. Hal-hal sederhana kayak istirahat yang cukup atau nge-laundry baju yang menumpuk juga bisa jadi bentuk self-care yang gak bakal dapet banyak likes di media sosial, tapi itu penting banget buat kesehatan mental dan fisik kita.

Gak jarang, bentuk self-care yang sebenarnya itu justru sesuatu yang gak kelihatan, kayak ngeberesin pikiran dari kekhawatiran yang numpuk, nulis journal buat merapikan emosi, atau curhat ke sahabat terdekat tanpa embel-embel glamor. Bahkan, meluangkan waktu untuk terapi atau konseling profesional adalah salah satu bentuk self-care yang mungkin gak semua orang tau, tapi dampaknya sangat nyata dan sangat healing.

Self-care juga seringkali melibatkan hal-hal yang kurang menyenangkan tapi sangat perlu, kayak ngerjain hal-hal yang kita tunda-tunda---seperti bayar tagihan, beresin dokumen, atau berolahraga meski kita lagi mager. Ini semua bisa jadi bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri yang bikin kita lebih sehat dan teratur. Dan meskipun gak ada yang mau ngeliat foto kamu lagi duduk di depan komputer ngerjain tugas, itu tetap bagian penting dari self-care karena membantu kamu mengelola hidup lebih baik dan mengurangi stres.

Intinya, jangan terpaku sama tampilan luar atau apa yang orang lain bilang soal self-care. Kamu gak perlu ngikutin standar orang lain atau selalu tampil sempurna di media sosial. Kalau self-care buat kamu adalah hal-hal sederhana yang membuat hidup lebih teratur dan nyaman, maka itulah self-care versi terbaik buatmu. Healing yang sebenarnya itu bukan tentang penampilan, tapi tentang perasaan kamu setelahnya. Jadi, biarkan dirimu menikmati proses self-care tanpa merasa perlu memamerkannya ke dunia.

Ingat, yang paling penting adalah gimana kamu merasa lebih baik, lebih segar, dan lebih bahagia setelahnya, bukan gimana orang lain melihatmu. Self-care itu personal dan gak harus selalu cantik di mata orang lain, yang penting itu bikin kamu merasa lebih baik secara nyata.

3. Dengarkan Tubuhmu 

Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Ini nih, poin yang paling sering dilupakan. Banyak dari kita yang terlalu sibuk sampai lupa dengerin apa yang tubuh kita bilang. Padahal, self-care yang sebenarnya adalah dengan merawat tubuh kita sesuai kebutuhannya. Tubuh capek? Istirahat. Tubuh haus? Minum air. Tubuh butuh gerak? Olahraga.

Kalau kita mulai dengerin tubuh kita, kita bakal lebih peka sama sinyal-sinyal kecil yang selama ini kita abaikan. Contoh simpel, kadang kita memaksa diri buat begadang padahal tubuh udah minta istirahat. Atau, kita terlalu sering makan makanan instan meskipun tubuh udah ngirim sinyal buat makan yang lebih sehat. Mulai sekarang, coba kasih jeda buat nanya ke diri sendiri, "Apa sih yang sebenernya tubuhku butuh?" Percaya deh, makin kamu dengerin tubuh, makin gampang buat kamu nyesuaiin kebiasaan biar lebih sehat dan bahagia.

4. Batasan itu Penting, Bro! 

Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Jaman sekarang, kita sering banget denger kata boundary atau batasan. Nah, batasan ini adalah bagian penting dari self-care, terutama kalau kamu sering ngerasa overwhelmed atau kelelahan secara mental. Batasan itu gak egois, justru ini bentuk self-love yang kadang kita lupa.

Misalnya, jangan takut buat bilang "nggak" kalau kamu ngerasa ada kegiatan yang nguras energi banget. Atau, gak ada salahnya buat ngejaga jarak dari orang-orang atau hal-hal yang toxic. Membuat batasan artinya kamu tahu mana yang baik buat dirimu sendiri dan mana yang bisa bikin kamu burn out. Ingat, istirahat itu hak, dan kamu gak harus selalu ada buat semua orang. Prioritaskan diri sendiri dulu, karena kalau kamu gak sehat, gimana caranya kamu bisa nolong orang lain?

Seringkali, kita ngerasa bersalah kalau bilang "nggak" ke orang lain. Misalnya, ketika ada teman yang ngajak nongkrong di saat kamu sebenarnya udah super capek. Rasa nggak enak atau takut dibilang sombong bikin kita terus-terusan bilang "iya" walaupun fisik dan mental udah lelah banget. Di sinilah, batasan mulai jadi hal yang krusial. Membuat batasan berarti kamu tahu kapan harus bilang cukup dan kapan harus istirahat. Kamu ngasih ruang buat diri sendiri untuk bernapas tanpa tekanan dari luar.

Pasang batasan itu penting supaya kamu nggak kebanyakan ngambil tanggung jawab yang sebenarnya bukan tanggung jawabmu. Misalnya, kalau kamu terus-terusan jadi "go-to person" buat masalah orang lain, lama-lama energi kamu akan terkuras habis. Bahkan, ada istilahnya nih, emotional labor, yang artinya beban emosional karena harus terus ngurusin masalah orang lain tanpa sempat ngurusin diri sendiri. Padahal, buat bisa nolong orang lain, kamu sendiri harus sehat secara mental dulu. Kalau kamu burn out, gimana caranya kamu bisa jadi pendukung yang baik buat orang-orang di sekitar?

Nggak hanya itu, batasan juga berlaku dalam dunia pekerjaan atau pendidikan. Kita hidup di era di mana banyak orang, terutama generasi muda, merasa tertekan karena budaya hustle dan harus selalu produktif. Kamu mungkin sering banget denger kata-kata motivasi kayak, "Kalau kamu tidur, orang lain udah maju 10 langkah!" atau "Produktivitas di atas segalanya!" Akibatnya, kita jadi merasa harus terus bekerja tanpa henti, nggak ada waktu buat rehat. Padahal, manusia bukan mesin. Tubuh dan pikiran kita butuh waktu buat istirahat dan me-recharge energi. Inilah kenapa batasan penting banget, terutama di tempat kerja atau saat kamu lagi ngejar mimpi-mimpi besar.

Contoh, kamu bisa bikin batasan dengan cara tegas menolak kerja di luar jam kantor kalau kamu udah terlalu lelah. Atau, misalnya kamu adalah seorang mahasiswa, jangan ragu untuk bilang tidak ke proyek tambahan kalau itu bikin kamu nggak punya waktu buat diri sendiri. Ingat, kamu bukan robot yang bisa selalu "on" setiap saat. Meskipun keliatannya keren bisa produktif 24/7, itu sebenarnya nggak sehat untuk jangka panjang. Punya batasan berarti kamu tahu kapan harus berhenti dan memberi ruang untuk istirahat tanpa merasa bersalah.

Salah satu aspek penting dari batasan adalah belajar buat memilih apa yang benar-benar penting dan apa yang bisa dilepas. Batasan nggak cuma soal mengatakan "nggak" pada orang lain, tapi juga memilih prioritas dalam hidup. Kamu nggak harus ngambil semua peluang atau ikutan semua kegiatan, apalagi kalau itu bakal mengorbankan kesehatan fisik dan mentalmu. Lebih baik pilih hal-hal yang benar-benar penting dan bisa bikin kamu bahagia atau berkembang. Selebihnya, biarkan aja.

Batasan juga berlaku di hubungan personal. Dalam persahabatan, pacaran, atau bahkan keluarga, penting buat ngasih tahu kapan kamu butuh waktu sendiri atau kapan kamu nggak bisa selalu ada setiap saat. Komunikasi soal batasan ini perlu banget supaya orang lain juga ngerti posisi kamu. Kadang, kita ngerasa orang lain harus otomatis ngerti kalau kita lagi capek atau butuh ruang, tapi nyatanya enggak. Batasan yang jelas dan komunikasi yang baik bisa bantu menjaga hubungan tetap sehat dan saling menghormati.

Gak perlu takut kalau bikin batasan berarti kamu bakal kehilangan teman atau dianggap nggak asik. Teman yang baik pasti bakal ngerti dan menghormati keputusanmu buat istirahat atau jaga jarak sesaat. Justru, batasan yang jelas bisa bikin hubungan lebih sehat dan bebas dari drama. Daripada terus-terusan capek karena harus ngikutin kemauan orang lain, mending tentuin dulu batasan kamu dan tegaslah menjaga itu.

Ingat, self-care juga berarti menjaga kesehatan mental dan fisik kamu dengan tahu kapan harus berhenti. Nggak apa-apa bilang "nggak" atau bikin batasan untuk diri sendiri. Kamu layak buat punya ruang tanpa harus selalu merasa tertekan oleh ekspektasi orang lain. Prioritasin kesejahteraanmu dulu, karena itu adalah bentuk cinta diri yang paling utama!

5. Self-Care Itu Juga Tentang Mental Health 

Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com
Ilustrasi gambar, sumber : pexels.com

Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, self-care semakin erat kaitannya sama hal ini. Mulai dari konsultasi ke psikolog, meditasi, sampai sekadar meluangkan waktu buat diri sendiri tanpa distraksi. Mental health itu investasi jangka panjang, guys! Jangan anggap remeh. Karena kalau mental health kamu gak sehat, itu bisa berdampak ke semua aspek hidup kamu, termasuk fisik dan hubungan sosial.

Ngurusin kesehatan mental gak cuma buat orang yang udah stres atau depresi, loh. Ini penting buat semua orang, termasuk yang merasa "baik-baik saja." Self-care dalam hal ini adalah tindakan proaktif buat menjaga kesehatan mental kita tetap prima. Jadi, gak ada salahnya buat ngasih waktu buat pikiran kita buat istirahat dan reset.

Terakhir, jangan lupa kasih semangat buat diri sendiri. Kamu udah luar biasa karena sadar betapa pentingnya self-care dan berani buat mulai. Apapun yang kamu hadapi sekarang, kamu pasti bisa ngelewatin. Nggak ada yang salah dengan ngambil waktu buat diri sendiri. Kamu layak buat merasa lebih baik, lebih bahagia, dan lebih sehat.

Remember, taking care of yourself is the best investment you can make for your future. So, keep going! Kamu gak harus sempurna, yang penting kamu terus maju dan selalu prioritaskan kesejahteraan dirimu. You got this!

Referensi:

  1. Mental Health Foundation. (2022). Looking after your mental health. Diakses dari https://www.mentalhealth.org.uk/
  2. Psychology Today. (2021). The Importance of Setting Boundaries. Diakses dari https://www.psychologytoday.com/
  3. The American Institute of Stress. (2022). Stress Management Techniques. Diakses dari https://www.stress.org/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun