Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Belajar Sejarah

9 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2025   01:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar sejarah (Sumber: ilovechile/pixabay)

Pelajaran Sejarah saat ini, terutama di sekolah-sekolah Indonesia seolah kehilangan peran dan kedudukannya sebagai pembentuk pemahaman kritis dan wawasan kebangsaan. Apalagi dengan diberlakukannya kembali Ujian Nasional (UN) di tahun depan, mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN cenderung dinomorduakan. Di tambah wacana untuk menghapus mata pelajaran sejarah dari kurikulum sekolah sempat mencuat, yang mencerminkan betapa kurangnya apresiasi terhadap pentingnya pelajaran ini.

Hal ini bisa dimengerti karena masih banyak metode pengajaran sejarah di kelas masih sering berupa cerita yang terkesan awangan, disertai pendekatan hafalan yang membosankan. Materi buku pelajaran pun sering kali monoton dan kurang di mengerti maknanya, sementara soal-soal pertanyaan yang diberikan masih banyak berfokus pada hafalan remeh daripada mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Sebagai lulusan Pendidikan Sejarah, Saya berharap pelajaran sejarah dapat menarik perhatian siswa, membuat mereka memahami alasan pentingnya mempelajari masa lalu, serta menangkap nilai-nilai dan pesan yang relevan untuk kehidupan di masa depan.

Pelajaran sejarah mampu menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bayangkan sebuah bangsa tanpa kenangan, seperti seseorang yang kehilangan ingatan. Tanpa sejarah, sebuah bangsa tidak tahu dari mana ia berasal, apa yang telah dilaluinya, dan ke mana arah yang ingin dituju. Oleh karena itu, belajar sejarah bukan sekadar menghafal tanggal dan peristiwa, melainkan menyelami makna dari sebuah perjalanan panjang. Mengapa dunia atau sebuah bangsa bisa menjadi seperti saat ini? Tentu di dalamnya banyak peristiwa serta peran orang-orang yang membentuk semua ini.

Pertama, sejarah adalah cermin identitas. Dengan mempelajari perjuangan para pahlawan, tradisi nenek moyang, dan peristiwa besar yang membentuk bangsa ini, kita dapat menemukan siapa diri kita sebagai bagian dari bangsa tersebut. Kisah-kisah perjuangan pahlawan seperti Bung Karno, Bung Hatta, atau Cut Nyak Dien tidak hanya memperkenalkan sosok-sosok hebat, tetapi juga mengajarkan nilai keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air yang menjadi fondasi identitas kita.

Selain itu, sejarah juga mengajarkan pentingnya persatuan. Dalam perjalanan sejarah, kita melihat bagaimana bangsa Indonesia yang begitu beragam mampu bersatu demi satu tujuan besar: Sumpah Pemuda, misalnya, menunjukkan bahwa keberagaman bukan penghalang, melainkan kekuatan. Perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan. Bangsa kita terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya, tetapi sejarah mengingatkan bahwa semua perbedaan itu bisa bersatu demi tujuan yang lebih besar: kebebasan dan kedaulatan. Dengan memahami sejarah ini, siswa dapat belajar menghargai perbedaan dan menjaga harmoni di tengah keragaman.

Lebih jauh, sejarah adalah guru yang bijak. Ia mengajarkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dari sejarah penjajahan, kita belajar pentingnya menjaga kedaulatan bangsa. Dari sejarah perang saudara di berbagai negara, kita memahami betapa berbahayanya konflik internal. Sejarah memberikan pelajaran berharga tanpa kita harus mengalami sendiri pahitnya peristiwa tersebut.

Bagi kemajuan bangsa, sejarah juga merupakan sumber inspirasi. Banyak inovasi dan keberhasilan masa kini yang berakar pada ide-ide masa lalu. Contoh sederhana adalah ketika belajar tentang revolusi industri, kita melihat bagaimana teknologi mengubah dunia. Dari situ, kita bisa mengambil pelajaran untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan era modern. Lalu, konsep gotong royong yang telah menjadi bagian dari budaya kita dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Dengan belajar dari masa lalu, kita bisa menciptakan solusi yang relevan untuk tantangan masa kini. Sejarah bukan hanya tentang masa lalu; ia adalah kompas untuk masa depan.

Contoh bangsa-bangsa besar yang menghargai sejarahnya sangat banyak. Jepang, misalnya, tetap menghormati sejarah dan tradisinya meskipun menjadi negara dengan teknologi maju. Perayaan tradisional, pelestarian kuil kuno, hingga pembelajaran sejarah berbasis pengalaman langsung di sekolah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Amerika Serikat juga menunjukkan betapa sejarah menjadi bagian penting dari pendidikan dan kebanggaan nasional, dengan banyaknya museum, monumen, dan kurikulum sejarah yang relevan.

Indonesia sendiri memiliki sejarah yang kaya dan menginspirasi. Nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut ulung yang menjelajahi samudera, membawa peradaban pelayaran ke berbagai belahan dunia. Kepulauan Nusantara pernah menjadi pusat pembelajaran dan pertukaran ilmu pengetahuan. Pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Nusantara menjadi tempat berguru agama Buddha, sedangkan pada era Majapahit, kerajaan ini dikenal sebagai kekuatan besar yang ditakuti dan dihormati karena armada lautnya yang kuat. Kapal Jung Jawa, yang besar dan ditakuti, menjadi simbol kejayaan maritim Nusantara. Namun, ketika para pemimpin kehilangan kecakapan dan konflik internal semakin sering terjadi, kekuatan kerajaan melemah. Mereka gagal menangkap dinamika perubahan dunia pada masanya, sehingga hanya menjadi penonton dan kehilangan kehormatan di panggung global. Ini menjadi bahan pelajaran serta intropeksi untuk melihat kelebihan bangsa kita serta berbenah apa yang menjadi kesalahan di masa lampau tidak terulang kembali.

Belajar sejarah tidak harus membosankan. Bisa dengan menjelajahi sejarah melalui film, buku cerita, permainan, atau kunjungan ke museum. Bayangkan bagaimana serunya menonton film seperti “Sang Pencerah” atau “Kartini” yang tidak hanya menghibur tetapi juga menginspirasi. Atau bagaimana rasanya mengunjungi Monas dan melihat langsung cerita perjuangan kemerdekaan melalui diorama yang tersedia di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun