Tradisi makan siang di sekolah yang disebut kyushoku ini dimulai pada tahun 1899, pertama kali diterapkan di Prefektur Yamagata untuk membantu siswa sekolah dasar dari keluarga kurang mampu. Â Murid-murid itu diberikan kyushoku dengan gratis. Kemudian program ini mulai berjalan pada tahun 1930-an dan ditetapkan sebagai aturan sosial dengan tujuan sederhana: meningkatkan kehadiran siswa di sekolah. Pada masa Perang Dunia II, ketika Jepang menghadapi kekurangan pangan, kyushoku menjadi lebih penting untuk memastikan anak-anak tetap mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Melihat dampaknya yang positif, pemerintah Jepang mengesahkan School Lunch Act pada tahun 1954. Dari sini, makan siang tak lagi hanya untuk siswa miskin, tapi diberikan kepada semua siswa. Program makan siang di Jepang menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan nutrisi bagi pertumbuhan anak, meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak, dengan menu makanan yang diberikan pun tidak sembarangan yang disusun oleh ahli gizi agar memenuhi standar gizi yang diperlukan. Standard gizi yang dituntut oleh pemerintah pusat atau kementerian
Meski di bikin secara massal, cita rasa kyushoku tetap diperhatikan. Pembuatannya dilakukan dengan memperhatikan rasa yang enak sehingga anak-anak menyantapnya dengan lahap. Salah satu favorit siswa adalah age pan, roti goreng dengan taburan gula, kinako (tepung kedelai), atau bubuk kakao. Menu kyushoku pada umumnya terdiri dari makanan pokok seperti nasi, roti, atau mi, dilengkapi dengan lauk pauk dan susu. Â
Keunikan dari kyushoku ini, sebelum makan siswa akan mendengar penjelasan tentang asal bahan makanan yang menjadi santapan makan siang, yang sebagian besar berasal dari petani dan peternak lokal. Dengan begitu, kyushoku tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga mendukung perekonomian lokal. Di sekolah murid-murid sendiri yang bertanggung jawab atas distribusi kyushoku dalam sekolah secara bergiliran. Bagi murid-murid, kyushoku bukan hanya menjadi kesempatan untuk makan siang, melainkan juga kesempatan penting untuk belajar budaya kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian.
Dan sekarang, jam makan siang atau kyushoku menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh setiap siswa di sana. Selain membuat perut kenyang, kegiatan kyushoku juga menjadi sarana belajar tentang menghargai makanan dan juga mengajarkan nilai tanggung jawab.
Program kyushoku di Jepang memiliki tujuh tujuan utama: