Dalam hitungan beberapa jam lagi, kita akan meninggalkan tahun ini dan menyambut tahun baru. Momen ini dirayakan di seluruh dunia dengan cara yang begitu beragam, mencerminkan kekayaan budaya dan semangat untuk memulai lembaran baru. Ada yang menyambutnya dengan pesta meriah, ada pula yang memilih ritual sederhana namun sarat makna. Tradisi-tradisi ini, meski berbeda, memiliki benang merah yang sama: harapan untuk masa depan yang lebih baik. Mari sejenak melihat keunikan tradisi dari berbagai belahan dunia sambil menantikan awal yang baru, penuh harapan dan semangat.
Sejarah di Balik Tanggal 1 Januari
Kalender modern yang kita gunakan hari ini tidak lahir begitu saja. Di era Romawi Kuno, Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian dan menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun pada 45 SM. Bulan Januari sendiri diambil dari nama Janus, dewa bermuka dua yang melambangkan masa lalu dan masa depan.
Namun, di Abad Pertengahan, gereja Eropa sempat menolak tanggal ini karena dianggap sarat pengaruh paganisme. Baru pada abad ke-16, kalender Gregorian yang diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII mengukuhkan kembali 1 Januari sebagai hari pertama tahun baru. Inilah tradisi yang kini dirayakan di seluruh dunia.
Tradisi Tahun Baru di Berbagai Negara
Perayaan tahun baru dimulai dari Australia dan Oseania
Di Australia, perhatian dunia tertuju pada Sydney, yang menampilkan pesta kembang api spektakuler di Harbour Bridge dan Opera House. Ribuan orang berkumpul di lokasi-lokasi ikonik ini, sementara Pantai Bondi menjadi tempat favorit untuk merayakan malam pergantian tahun dengan suasana santai dan meriah. Di sisi lain, Kiribati, sebagai negara pertama yang menyambut Tahun Baru, merayakan dengan cara sederhana. Tradisi berkumpul bersama keluarga dan doa menjadi inti perayaan, menciptakan suasana hangat penuh makna.
Berpindah ke benua Asia tradisi mengawali tahun baruan diselaraskan dengan budaya yang harmoni
Di Jepang, Tahun Baru disambut dengan bunyi lonceng kuil sebanyak 108 kali, mewakili penyucian dari 108 nafsu duniawi. Masyarakat Jepang juga membersihkan rumah mereka untuk menyambut dewa keberuntungan Toshigami. Hidangan soba juga disantap sebagai simbol umur panjang, menciptakan perpaduan antara tradisi spiritual dan gastronomi.