Urbanisasi yang Terencana: Mendorong urbanisasi yang terencana di kota-kota besar dengan sistem transportasi massal yang baik, infrastruktur ramah lingkungan, dan kawasan industri terpadu untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
7. Pragmatisme dalam Kebijakan
Deng Xiaoping terkenal karena pragmatisme dan pendekatannya yang tidak ideologis dalam pengambilan keputusan ekonomi. Ia lebih peduli pada hasil daripada apakah kebijakan tersebut sesuai dengan ideologi komunis murni.
Pendekatan Pragmatik: Pemerintah Indonesia dapat mengadopsi kebijakan pragmatis yang berorientasi pada hasil, baik dalam hal ekonomi maupun birokrasi. Misalnya, fokus pada menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan dengan memperkenalkan reformasi yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa terlalu terikat pada ideologi atau model ekonomi tertentu. Seperti contohnya :
Penciptaan Lapangan Kerja: Pemerintah dapat memperkenalkan kebijakan yang memprioritaskan pengembangan industri manufaktur dan sektor jasa, khususnya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Ini termasuk mendorong pertumbuhan sektor informal dan memperkuat kewirausahaan lokal melalui pelatihan, subsidi, dan akses ke modal.
Reformasi Birokrasi untuk Peningkatan Efisiensi: Pendekatan pragmatis dalam birokrasi dapat meliputi penyederhanaan regulasi dan proses perizinan, serta pengurangan birokrasi yang menghambat investasi dan bisnis. Melalui reformasi ini, Indonesia dapat meningkatkan daya saing ekonomi dan menarik lebih banyak investor asing maupun domestik, tanpa harus terjebak dalam ideologi ekonomi tertentu.
Pengembangan Infrastruktur: Pemerintah Indonesia dapat terus berfokus pada pembangunan infrastruktur sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dalam konteks pragmatisme, prioritas diberikan pada proyek-proyek infrastruktur yang berpotensi memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat, seperti pengembangan jalan tol, transportasi publik, dan infrastruktur digital untuk mendukung ekonomi berbasis teknologi.
Reformasi Pendidikan dan Teknologi: Pendekatan pragmatis juga bisa diterapkan dalam kebijakan pendidikan dengan berfokus pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja modern, seperti pendidikan vokasional, STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), serta pelatihan kewirausahaan. Pengembangan sumber daya manusia ini haruslah menyesuaikan dengan kebutuhan nyata industri dan teknologi masa depan, tanpa terjebak pada kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis atau ketinggalan zaman.
Pemberantasan Kemiskinan yang Terukur: Dalam mengentaskan kemiskinan, pemerintah dapat memperkenalkan program-program sosial yang berorientasi pada hasil konkret, seperti bantuan tunai bersyarat yang dikaitkan dengan peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta program pemberdayaan ekonomi di pedesaan. Fokus utama haruslah pada pengentasan kemiskinan struktural melalui peningkatan akses terhadap layanan dasar, permodalan, dan pelatihan kerja.
Dengan menerapkan pendekatan yang pragmatis, pemerintah Indonesia dapat lebih fleksibel dalam merespons tantangan ekonomi global dan menyesuaikan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Kebijakan pragmatis berfokus pada solusi nyata yang dapat diukur dampaknya, tidak terikat pada dogma atau ideologi tertentu, tetapi selalu mengutamakan kepentingan rakyat dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi kebijakan-kebijakan yang berfokus pada reformasi ekonomi, pembangunan infrastruktur, serta modernisasi sektor pendidikan dan teknologi, Indonesia dapat mempercepat langkahnya menuju status sebagai negara maju. Pragmatisme Deng Xiaoping dalam membuka ekonomi China tanpa harus mengorbankan stabilitas politik bisa menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di abad ke-21.
Referensi: