Akhir-akhir ini saya sering mendengar kata healing, terutama di media sosial. Jadi healing bisa diartikan sebagai upaya memberikan waktu pada diri sendiri untuk istirahat dari aktivitas sehari-hari. Salah satu alasan utama saya perlu meluangkan waktu untuk pulih dari waktu ke waktu adalah untuk menjaga kesehatan mental, menghidupkan kembali semangat, dan sekaligus menghindari kelelahan. Istilah self-healing mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar dari kita, namun sudah menjadi tren di kalangan remaja.
Self-healing adalah proses pemulihan dari luka emosional yang ditimbulkan oleh diri sendiri, yang dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, mulai dari lingkungan, pekerjaan, trauma, hubungan dengan orang lain, hingga peristiwa buruk yang pernah dialami orang tersebut. Setiap orang mengalami depresi, dan setiap orang berbeda dalam hal self-healing. Tujuan self-healing adalah memahami diri sendiri dan menerima kenyataan bahwa hal-hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi.
Salah satu proses self-healing yang bisa saya lakukan adalah dengan pergi ke alam terbuka atau sekadar rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan. Untuk mencari kedamaian dan ketenangan, berwisata alam seperti mendaki gunung adalah pilihan terbaik.Â
HYS Santosa Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik dalam bukunya yang berjudul Ilmu Faal Olahraga (fisiologi olahraga) (2013), menyatakan bahwa olahraga adalah latihan jasmani yang dilakukan secara teratur dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankan keadaan umur panjang jasmani. Saat saya merasakan energi buruk pada tubuh, olahraga merupakan salah satu upaya menjaga tubuh tetap sehat dan meningkatkan mood dengan memikirkan pikiran positif.
Belakangan ini, hiking semakin populer di kalangan anak muda, tidak hanya perempuan, tapi juga laki-laki. Karena hiking mempunyai banyak manfaat, antara lain:
1)Mengurangi stres dan kecemasan.
Lingkungan pendakian biasanya masih hijau dan asri, tidak hanya memanjakan mata tapi juga membuat kita bahagia. Saat berjalan-jalan di alam, tubuh melepaskan endorphin yang juga dikenal sebagai hormon bahagia.
2)Meningkatkan sensitivitas sensorik.
Berada di alam memberi banyak waktu untuk menyatu dengan alam, dan karena tidak bergerak secepat lari atau bersepeda, bisa "membenamkan" diri di alam. Kita akan merasakan indera kita menjadi lebih peka terhadap apa yang kita lihat, cium, sentuh, dengar, bahkan rasakan.
3)Perkuat hubungan dengan orang lain.
Pendakian biasanya dilakukan secara berkelompok demi alasan keamanan. Namun, mendaki bukan hanya sekedar mengejar keindahan; tetapi juga memerlukan pengambilan berbagai keputusan, seperti menyusun strategi saat berjalan dan istirahat, menentukan arah yang akan dilanjutkan, dan sebagainya.Â