Mohon tunggu...
Agung Muhardiansyah
Agung Muhardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ajah

Pekerja sekaligus mahasiswa yang mau nulis.

Selanjutnya

Tutup

New World

Integrasi Etika dan Keamanan di Era Teknologi Digital

12 September 2024   16:15 Diperbarui: 12 September 2024   16:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Teknologi informasi digital telah mengalami perkembangan pesat dan menciptakan perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari komunikasi, pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan, semua sektor kini bergantung pada sistem digital untuk mempermudah dan mempercepat proses. Teknologi ini telah membuka akses yang lebih luas ke informasi dan layanan, memberikan peluang yang lebih besar untuk inovasi dan efisiensi, serta menghubungkan masyarakat global dengan cara yang sebelumnya tak terbayangkan. Internet, kecerdasan buatan, komputasi awan, serta teknologi berbasis perangkat pintar telah membentuk era baru yang memungkinkan interaksi yang lebih dinamis dan terintegrasi antara manusia dan mesin (Omol, 2023).

Namun, di balik kemajuan tersebut, terdapat masalah krusial yang tidak bisa diabaikan, terutama terkait dengan etika dan keamanan dalam teknologi informasi digital. Transformasi digital ini, meskipun membawa manfaat yang signifikan, juga membuka celah bagi risiko yang lebih besar, seperti pelanggaran privasi, penyalahgunaan data, serta ancaman siber yang semakin kompleks (Zostant & Chataut, 2023). Penggunaan data pribadi dalam skala besar oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan lembaga pemerintah menimbulkan kekhawatiran mengenai bagaimana data tersebut dikelola, disimpan, dan dilindungi.

Masalah etika muncul ketika teknologi tidak lagi hanya sekadar alat, melainkan instrumen yang mempengaruhi hak asasi manusia, kebebasan, dan privasi. Sebagai contoh, perusahaan yang tidak transparan dalam mengumpulkan data pengguna, atau pemerintah yang melakukan pengawasan digital secara massal tanpa batasan hukum yang jelas, dapat dikategorikan sebagai pelanggaran etika (Aude & Wilkison, 2021). Seiring dengan itu, meningkatnya ancaman serangan siber, seperti pencurian data, peretasan sistem, dan penyebaran malware, memaksa setiap individu dan organisasi untuk mempertimbangkan pentingnya strategi keamanan digital yang komprehensif dan berkelanjutan.

Dalam konteks ini, menjadi sangat penting untuk memahami bahwa etika dan keamanan dalam teknologi informasi digital tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan untuk melindungi pengguna dan data yang dimilikinya. Etika berfungsi sebagai fondasi moral yang menuntun bagaimana teknologi digunakan, sementara keamanan menjadi perisai yang menjaga agar teknologi tersebut tidak disalahgunakan. Kombinasi keduanya akan menciptakan ekosistem digital yang lebih aman, adil, dan bertanggung jawab.

Etika dalam teknologi informasi digital adalah serangkaian prinsip moral yang mengatur perilaku dan penggunaan teknologi oleh individu, organisasi, dan pemerintah. Dalam konteks ini, etika berfungsi sebagai panduan untuk memastikan bahwa pemanfaatan teknologi dilakukan dengan cara yang adil, transparan, dan bertanggung jawab. Teknologi informasi telah mempermudah pengumpulan, pemrosesan, dan distribusi data dalam jumlah yang sangat besar, namun hal ini juga membuka pintu bagi berbagai bentuk pelanggaran, seperti pengumpulan data tanpa izin, manipulasi informasi, dan pelanggaran privasi (Aude & Wilkison, 2021).

Salah satu aspek terpenting dalam etika digital adalah privasi pengguna. Di era digital, data pribadi telah menjadi komoditas yang berharga, sering kali tanpa disadari oleh pemilik data. Perusahaan teknologi besar mengumpulkan data pengguna untuk berbagai keperluan, termasuk personalisasi layanan, periklanan, dan analisis perilaku. Namun, tanpa regulasi yang jelas dan transparansi, praktik ini dapat dengan mudah disalahgunakan. Misalnya, skandal privasi seperti yang dialami oleh Facebook dalam kasus Cambridge Analytica menunjukkan bagaimana data pribadi dapat dimanipulasi untuk kepentingan politik dan komersial.

Selain itu, integritas data juga merupakan komponen kunci dalam etika digital. Informasi yang disebarkan di platform digital harus dijaga kebenarannya, terutama dalam konteks distribusi berita dan informasi publik. Penyebaran berita palsu (hoaks) atau manipulasi data secara sengaja tidak hanya melanggar prinsip etika, tetapi juga dapat merusak tatanan sosial dan memicu ketidakstabilan politik serta sosial (Macnish & Ham, 2020).

Transparansi dalam penggunaan teknologi adalah elemen penting lainnya. Etika digital menuntut bahwa perusahaan dan pemerintah bersikap terbuka mengenai cara mereka mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. Pengguna harus diberi informasi yang jelas mengenai hak-hak mereka terkait data pribadi dan bagaimana data mereka akan digunakan. Transparansi ini tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga memastikan bahwa pengguna memiliki kendali atas data mereka, sesuai dengan konsep kedaulatan data.

  • Strategi Keamanan dalam Teknologi Informasi Digital

Keamanan dalam teknologi informasi digital mencakup berbagai langkah teknis, prosedural, dan kebijakan yang dirancang untuk melindungi sistem, jaringan, dan data dari ancaman siber yang semakin kompleks. Di era digital, setiap perangkat yang terhubung ke internet berpotensi menjadi target serangan siber. Oleh karena itu, strategi keamanan yang holistik dan proaktif sangat penting untuk melindungi aset digital, baik dari sisi individu maupun organisasi.

Salah satu langkah paling fundamental dalam strategi keamanan adalah enkripsi data. Enkripsi bekerja dengan mengubah data menjadi format yang tidak dapat dibaca oleh pihak yang tidak berwenang. Ini memastikan bahwa meskipun data dicuri atau disadap dalam perjalanan, data tersebut tidak dapat diakses tanpa kunci dekripsi yang sah. Enkripsi tidak hanya penting dalam komunikasi online, seperti email dan pesan instan, tetapi juga dalam transaksi keuangan dan penyimpanan cloud (Zhou, 2020).

Selain enkripsi, keamanan jaringan merupakan salah satu fokus utama dalam strategi keamanan digital. Jaringan yang tidak terlindungi dapat menjadi pintu masuk bagi peretas untuk menyerang sistem yang lebih besar. Penggunaan firewall, sistem deteksi intrusi (IDS), dan sistem pencegahan intrusi (IPS) adalah beberapa metode yang digunakan untuk memantau dan melindungi jaringan dari serangan yang berpotensi berbahaya (Sandjaja et al., 2024). Keamanan jaringan juga melibatkan segmentasi jaringan, yang bertujuan untuk meminimalisir dampak jika terjadi pelanggaran keamanan pada salah satu bagian sistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun