Mohon tunggu...
Mukhamad Fakih
Mukhamad Fakih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Ilmu Komunikasi)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lagi-lagi Macet, Bagaimana Pak Presiden?

12 September 2013   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:59 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan raya sepertinya sudah menjadi momok tersendiri bagi pengguna kendaraan bermotor. Setiap hari para pengguna jalan menjadi korban kemacetan lalu lintas. Ini tidak hanya terjadi satu atau dua hari dalam satu minggu, namun setiap hari kemacetan ini hampir tidak dapat lagi terhindarkan. Macet sudah menjadi rutinitas bagi para pengguna jalan raya. Tidak hanya di kota- kota besar saja, tetapi sekarang merambah sampai di daerah- daerah juga. Bayangkan saja, jutaan kendaraan beroperasi di jalan raya setiap harinya, mulai dari sepeda motor, angkutan umum, mobil pribadi hingga mobil yang bermuatan besar sekaligus. Mulai dari pagi hari hingga larut malam, mereka menggunakan alat transportasi tersebut untuk berbagai macam hal.

Sebenarnya yang menjadi faktor terjadinya kemacetan ini adalah jumlah kendaraan pribadi yang melintas di jalan terlalu banyak. Memang Tidak dapat dipungkiri lagi, hampir setiap orang sekarang memiliki satu kendaraan pribadi di rumahnya. Ini yang menjadi tugas bagi pemerintah karena tidak adanya pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi sehingga kemacetan terjadi di mana-mana.

Sebagai contohnya saja yang sering terjadi kemacetan berada di kota Yogyakarta, dimana saya tinggal sekarang. Sebagai Kota Pelajar seharusnya tidak ada istilah yang namanya macet, karena akan mengganggu proses pembelajaran baik yang di sekolah maupun perguruan tinggi. Akan tetapi berbeda dengan yang seharusnya terjadi, mulai dari pagi hari siang sampai malam pun justru macet terjadi di sudut-sudut kota yang dianggap vital. Karena begitu banyaknya pengguna jalan raya, lampu apil/ lampu rambu- rambu lalu lintas yang sudah pada posisi merah pun banyak kendaraan masih berjalan menerobosnya. Belum lagi para pemakai sepeda motor yang mengendarai sepedanya dengan seenaknya sendiri. Ini yang menjadi salah satu penyebab kemacetannya karena kesadaran masyarakat untuk tertib sangatlah minim.

Kemacetan ini menimbulkan dampak yang besar di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Mereka yang bekerja maupun pelajar yang beran angkat di pagi hari harus terlambat datang karena macet di jalan raya. Suasana pembelajaran di sekolah-sekolah menjadi tidak kondusif karena suara bising kendaraan yang tak habis-habisnya. Di sektor pemerintahan pun juga terkena dampaknya, sehingga kinerja pemerintahan tidaklah maksimal.

Sebenarnya masalah ini bukan lagi menjadi masalah yang baru, akan tetapi sampai sekarang belum ada juga solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan di Indonesia pada umumnya. Berbagai solusi ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di Negara kita ini. Mulai dari pembuatan jalan fly over, sistem ganjil genap yang sedang di uji cobakan di Ibu Kota Jakarta, ataupun yang baru- baru ini diutarakan oleh Gubernur Jakarta Jokowi adalah pengadaan monorel dengan harapan masyarakat mau berpindah dari kendaraan pribadi menuju ke kendaraan umum. Akan tetapi jika kendaraan pribadi tidak juga dibatasi oleh pemerintah, sama saja hanya akan menqambah ruwetnya lalu lintas kita.

Jika kita bandingkan dengan Negara-negara tetangga lainnya, pemerintah sangat serius menanggapi masalah kemacetan itu. Sebagai contohnya Negara Jepang yang pernah mengalami masalah yang sama, tapi pemerintah bisa mengambil solusi dengan tepat. Di negeri sakura tersebut, pemerintah mengenakan biaya pajak yang tinggi dan pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi. Sehingga masyarakat mau menggunakan kendaraan umum, karena tidak mampu membayar pajak yang dikenakan oleh pemerintah. Oleh karena itu masyarakat menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasinya. Belum lagi pelayanan menggunakan kendaraan umum yang memuaskan para penumpang.

Untuk memperbaiki kondisi lalu lintas di Indonesia ini, tidak ada salahnya kan meniru cara kerja di Jepang tersebut. Karena kemacetan lalu lintas ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tapi juga di kota- kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan yang lainnya. Pemerintah harus menanggapinya dengan serius, namun juga diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran yang tinggi akan masalah ini, sehingga mereka mau menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi. Pembenahan pelayanan dan fasilitas kendaraan umum juga harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, sehingga mereka mau beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Pemerintah saja tidak cukup untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Masyarakat juga harus memiliki kesadaran yang tinggi akan masalah ini, sehingga mereka mau menggunakan kendaraan umum sebagai alat transportasi. Pemerintah juga harus meningkatkan fasilitas dan pelayanan publik untuk memperlancar kondisi jalan raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun