Mohon tunggu...
Muhammed Faruk
Muhammed Faruk Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa dari universitas mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perkembangan Bahasa Dan Slang Pada Generasi Z Dan Generasi Alpha

9 Desember 2024   17:04 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

 Bahasa merupakan jendela untuk memahami masyarakat, dan di era digital ini, kita melihat adanya perubahan yang menarik, khususnya di kalangan generasi muda. Gen Z, yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010, dan Gen Alpha, yang lahir setelah tahun 2010, memiliki cara berkomunikasi yang khas.
 Gen Z tumbuh dengan akses penuh ke internet dan media sosial, sehingga memengaruhi cara mereka berbicara. Slang yang muncul di kalangan mereka sering kali kreatif dan lucu, seperti baper untuk perasaan berlebihan, dan caper yang berarti mencari perhatian. Ini menunjukkan bahwa bahasa bagi mereka bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pendapat.

 Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa mereka. Di platform-platform ini, istilah baru muncul dengan cepat, sering dipicu oleh tren dan tantangan viral. Peran media sosial dalam perkembangan bahasa di kalangan Gen Z dan Gen Alpha tidak bisa dipandang sebelah mata. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter telah menjadi wadah di mana berbagai istilah baru diciptakan, dimodifikasi, dan disebarluaskan dengan cepat. Slang dan singkatan seperti savage, FOMO (fear of missing out), atau stan (penggemar berat) kerap kali muncul dari tren viral atau meme yang tersebar di media sosial. Dinamika ini menciptakan ekosistem bahasa yang tidak hanya inovatif tetapi juga terus berkembang sesuai dengan tren teknologi dan budaya populer.
 Pengaruh globalisasi juga memainkan peran penting, di mana istilah dari berbagai bahasa dan budaya lain dengan mudah diadopsi dan disesuaikan oleh generasi muda. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan tersendiri, khususnya dalam hal pemahaman lintas generasi. Bagi generasi yang lebih tua, istilah-istilah ini bisa terdengar asing dan mempersulit komunikasi dengan generasi yang lebih muda. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan orang tua untuk terus mengikuti perkembangan bahasa ini, sekaligus menanamkan pentingnya penggunaan bahasa yang tepat dalam situasi formal.

 Berbeda dengan Gen Z, Gen Alpha lahir di era di mana teknologi semakin maju, tumbuh dalam lingkungan yang dikelilingi gadget. Oleh karena itu, cara berkomunikasi mereka pun mengalami perubahan signifikan, anak-anak di generasi ini lebih cenderung menggunakan gambar, video, dan simbol. Ini terlihat dari penggunaan aplikasi komunikasi seperti, Whatsapp, Instagram, dll. di mana gambar dan video menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, Gen Alpha mungkin lebih suka mengekspresikan diri dengan gambar atau video daripada berbicara,  sering menggunakan meme atau GIF untuk berekspresi, penggunaan bahasa visual seperti emoji, GIF, dan meme menjadi lebih lazim di kalangan Gen Z dan Gen Alpha. Mereka sering mengandalkan simbol-simbol ini untuk menyampaikan emosi atau pesan dengan cara yang cepat dan efisien. Namun, meskipun komunikasi visual ini efektif dalam konteks informal, penting untuk tetap mempertahankan kemampuan berbahasa yang baik dalam bentuk tulisan dan lisan, terutama di lingkungan akademis dan profesional. Hal ini menunjukkan bahwa cara mereka berkomunikasi bisa lebih cepat dan menarik, tetapi juga berisiko kehilangan makna yang lebih dalam dari pesan yang ingin disampaikan, sehingga pemahaman konteks sangat penting untuk mencegah kesalahpahaman.

 Meski banyak inovasi dalam perkembangan bahasa ini, masih ada masalah yang harus dihadapi, salah satunya kesenjangan sosial antara generasi. Banyak istilah baru yang diciptakan oleh Generasi Z dan Alpha mungkin tidak dimengerti oleh generasi yang lebih tua, menyebabkan kebingungan dalam berkomunikasi, di mana orang tua atau generasi sebelumnya merasa terputus dari apa yang dikatakan oleh anak-anak mereka.

 Selain itu, penggunaan bahasa gaul yang tidak terstruktur dapat berdampak pada kemampuan berbahasa formal. Ketergantungan pada istilah yang tidak baku dapat menyulitkan dalam konteks akademis atau profesional. Oleh karena itu, penting untuk memberikan pendidikan yang seimbang antara bahasa formal dan informal, jika tidak, anak-anak muda mungkin kesulitan saat berkomunikasi dalam situasi yang lebih formal.
 Di sisi positif, perkembangan bahasa dan slang ini menawarkan peluang besar dalam dunia pendidikan. Pendidik dapat memanfaatkan istilah yang dikenal siswa untuk menciptakan metode pengajaran yang lebih menarik dan relevan. 

Mengintegrasikan kosakata baru dalam pembelajaran dapat membuat proses belajar lebih interaktif dan menyenangkan. Misalnya, dalam kelas bahasa Indonesia, guru bisa mengajak siswa berdiskusi tentang istilah gaul yang mereka gunakan. Ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menyenangkan tetapi juga membantu siswa memahami konteks penggunaan bahasa sehari-hari.

 Dengan memanfaatkan bahasa yang mereka kenal, pengajaran dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, sehingga meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Perkembangan bahasa dan slang yang digunakan oleh Generasi Z dan Alpha mencerminkan dinamika sosial dan teknologi yang terus berkembang. Walaupun ada kesulitan dalam komunikasi antara generasi yang berbeda, perkembangan bahasa juga menciptakan kesempatan untuk mengaitkan pendidikan dengan kehidupan sehari-hari

 Dengan memahami cara generasi muda berbahasa, kita dapat membangun jembatan antar generasi dan menciptakan dialog yang lebih konstruktif. Bahasa akan terus berevolusi, dan penting bagi kita untuk tetap terbuka terhadap perubahan ini. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat mendidik generasi muda tentang pentingnya memahami bahasa formal tanpa mengabaikan kekayaan bahasa gaul yang mereka gunakan. Ini akan memastikan bahwa mereka tidak hanya mahir dalam berkomunikasi dengan teman sebaya, tetapi juga siap menghadapi tantangan di dunia profesional di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun