Mohon tunggu...
Muhammad Zidni Nuril Amim
Muhammad Zidni Nuril Amim Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

Hai, perkenalkan nama aku Zidni 😊 Yang selalu bersemangat untuk menggapai impian.. Mohon bantuan dan dukungannya !! 😊 Terima kasih 😊🙏

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan Perenialisme

17 Juni 2020   06:30 Diperbarui: 17 Juni 2020   06:24 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa  perenialisme itu? saya akan menjelaskan tentang perenialisme.

perenialisme ini merupakan suatu aliran filsafat yang berasal dari kata perenis atau perenial yang berarti tumbuh terus dan berjalan sesuai dengan berjalannya waktu dengan sifatnya yang abadi. pandangan ini akan selalu mempercayai adanya nilai-nilai, norma-norma yang  bersifat kekal dalam sebuah kehidupan. istilah perenial biasanya muncul di saat wacana filsafat agama yang dimana terdapat agenda yang dibicarakan. 

jadi, filsafat perenial ini pada dasarnya mengkaji sesuatu hal yang ada dan akan selalu ada dan menawarkan pandangan alternatif agar manusia kembali kepada akar-akar spiritualis dirinya tanpa tenggelam dalam sebuah gemerlapnya kehidupan materi. Namun demikian, filsafat perenial ini tidak bermaksud untuk menafikan akan keberadaan agama formal sama sekali.  

Ia masih mempertahankan"agama-agama formal" dan masih berusaha untuk mencari titik temu dalam masalah-masalah spiritual yang bersifat transeden dan esoteris. dengan kata lain, filsafat perenial berpandangan bahwasannya dalam setiap agama dan tradisi-tradisi esoteric, ada suatu pengetahuan dan pesan keagamaan yang sama-sama, yang muncul melalui sebuah keberagaman nama dan di bungkus dengan berbagai bentuk simbol.

PEMIKIRAN TOKOH

PLATO

Ia memandang bahwa ilmu pengetahuan dan nilai  sebagai "manifestasi" dari hukum universal yang abadi dan ideal sehingga ketertiban sosila hanya akan mungkin bisa di capai bila sebuah ide itu menjadi tolak ukur yang memiliki asas normative dalam segala aspek kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun