Mohon tunggu...
Muhammad Zia Urrahman
Muhammad Zia Urrahman Mohon Tunggu... lainnya -

Citizen journalist

Selanjutnya

Tutup

Politik

Malam Refleksi Unsyiah

4 Desember 2013   00:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kado Akhir Tahun untuk UnsyiahTahun 2012 merupakan tahun dimana unsyiah menjadi soroton publik paling tajam dan paling sering dibicarakan oleh masyarakat luas. Terhitung sejak munculnya kandidat Calon Gubernur Aceh 2012 – 2017, sosok Prof. Dr. Darni M. Daud M.A ketika itu sebagai rektor dan mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat.

Penolakan terjadi dimana – mana, mulai dari kampus, dimana para akademisi menolak pencalonan dikarenakan melanggar dari Ketentuan perundang – undangan.juga terjadi penolakan aksi mahasiswa yang secara terbuka melawan Rektor untuk tidak merangkap jabatan yaitu Jabatan Rektor yang masih di embankan dan sebagai kandidat Gubernur dengan alasan perundang – undangan serta menyelamatkan institusi pendidikan dari kepentingan politik praktis.

Gejolak itu berlanjut hingga pencopotan rektor oleh menteri pendidikan, sehingga ditunjuklah Pejabat Rektor Unsyiah yaitu Prof. Dr. Syamsul Rizal, M.Eng yang sebelumnya menjabat sebagai Pembantu Rektor I. Terjadi kekosongan dalam kepemimpinan rektorat untuk 3 bulan setelah PR I diangkat menjadi Rektor. Bola ini terus bergelinding hingga pemilihan Rektor Baru yang dilantik oleh menteri kurang dari 15 yang lalu di jakarta. Dimana PJ rektor menjadi Rektor definitif untuk masa jabatan yang tersisakan oleh Rektor Lama.

Gugatan juga turut dilayangkan oleh Darni M. Daud ke PTUN Jakarta untuk memperkarakan SK menteri yang mencopot dirinya sebagai Rektor dan kemudian dimenangkan oleh pihak Pengugat (Darni) dengan Kuasa Hukumnya Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra. M.H. tentu secara hukum, Putusan PTUN Jakarta itu belum menjadi keputusan final, namun yang menariknya pengakuan kuasa hukum darni yang menyebutkan bahwa Unsyiah memiliki dualisme kepemimpinan.

Ditengah proses gugatan dan perang kekuasaan yang terjadi di unsyiah, para pimpinan universitas kembali dihadang dengan kasus korupsi beasiswa JPID yang Nominalnya mencapai milyaran Rupiah. Korupsi yang terjadi di institusi pendidikan tidak boleh dilihat sebagai tingkah laku pejabat semata, bahwa ini penyebab hancurnya generasi bangsa ini mendatang.

Kampus yang dipandang sebagai tempat berkumpulnya kaum intelektualis, kaum berpendidikan, pabrikan yang mengcetak generasi yang anti terhadap korupsi,namun ternyata dilevel pemimpin tertinggi kampus, dihadang dengan kasus korupsi. Sehingga opini yang berkembang, bahwa unsyiah tidak lagi menjadi harapan dan tumpuan untuk memperbaiki generasi bangsa ini. Pabrik yang mesinnya sudah berlumur dengan kotoran oli sehingga semua produknya terkena kotoran oli.

Disisi lain, prestasi unsyiah juga turut dipertaruhkan. Aceh yang menjadi pusatnya penelitian Tsunami dan Konflik, juga tidak menjadi referensi dunia untuk menanggani kedua hal tersebut. Unsyiah tidak berani mengambil bagian pemberi solusi dengan sejuta pengalamannya menanggani kedua hal tersebut. Terlalu banyak disibukkan dengan kerja – kerja politis dan pragmatis dikampus, sehingga retorika dan gagasan tidak lagi terproduksi.

Di bidang penilitian eksata (ilmu pasti)unsyiah belum menunjukkantaringnya dinasional. Keluhan yang nampak dipermukaan bahwa unsyiah tidak memiliki Laboratorium yang lengkap sehingga “wajarkan” tidak mampu bersaing dilevel nasional,dan persoalan yang klise bahwa anggaran penilitian sangat minim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun