dari film, cinema sampai short movie mungkin tak jarang dapat mengacu perubahan ekspresi kita, entah dari sedih, lucu, bahagia, takut, ngeri hingga kepo. tapi itu semua pasti tergantung pada apa filmnya? dan siapa penontonnya?.Â
sebuah hal yang percuma jika film yang seusia anak-anak ditonton oleh para orang dewasa. apalagi sebaliknya film dewasa yang ditonton oleh anak-anak, pasti tidak ada kata sinkron pada setiap sisinya. sehingga secara tidak langsung sipenonton akan merasa risih dengan apa yang sedang ia tonton, dan kata jarang bagi para penonton berleluasa menikmati jalan cerita dari film tersebut.
kata horor memang biasa menggiurkan para penikmat genre horor, tapi tidak dengan para penikmat genre comedy. kedua hal itu akan saling bertabrakan dan bertolak belakang. lebih lagi film horor jika ditonton oleh anak-anak. disaat mereka menontonnya, dengan tidak disadari unsur ngeri hingga trauma akan terpatri dalam otak sampai jiwa sekaligus. dari situ psikolog anak akan mulai terkikis dengan ketakutan, ketraumaan hingga bayangan-bayangan akan hal hal goib. jadi tak heran jika anak akan menjadi takut ke kamar mandi, dan takut pada kegelapan. dan tak jarang juga anak sering melamun serta mengigau pada setiap tidur pulasnya.Â
hal ini harus senantiasa dijauhi dengan cara memilih dengan baik genre film yang akan ditonton. dan menyesuaikan pada setiap apa yang ditonton dan siapa penontonya. yang terakhir jangan lupa untuk selalu temani anak dalam menonton filmnya meskipun itu tidak diminati oleh kita. agar selau terjaga psikolog anak dalam menonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H