Mohon tunggu...
muhammad zhafirelbahy
muhammad zhafirelbahy Mohon Tunggu... Foto/Videografer - freelancer

Mahasiswa Universitas Darussalam pegiat jurnalistik dan Media massa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Asam Garam Perantauan

19 Juli 2022   15:37 Diperbarui: 19 Juli 2022   15:39 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.....

merantau memang suatu hal yang sulit. entah sulit dalam bertemu, sulit dalam menjalin silaturahmi dengan saudara, maupun sulit dalam berbagai hal lain, apalagi kalau status masih pelajar. tapi jika sebuah perantauan kita gunakan dengan baik, perantauan tersebut akan mendatangkan ratusan juga ribuan hal yang positive tentunya. 

tidak bisa dipungkiri lagi saya pun telah banyak merasakan hal hal itu. kurun waktu tujuh tahun, jangka perantauan sudah tidak bisa dibilang singkat apalagi harus menempuh dari kediaman saya di kota gresik ke kota ponorogo 250 kilometer jauhnya, dan mendapat pengabdian di kota lampung dalam setahun. 

memang hal pertama kali yang saya alami begitu sulit karena keterbatasan ilmu yang saya miliki tentunya. walaupun jarak pemisah pasti, tapi tidak ada kata menyerah bagi saya, fisik dan jasmani harus selalu berkesinambungan antara satu dengan yang lain, karena hal ini adalah penguat mental saya.

 tidak cukup disitu, selalu saya panjatkan doa kesehatan kepada seluruh sanak saudara, teman lama, terutama kepada orang tua yang selalu mendukung saya, dan yang mendoakan saya disetiap waktu. maka kunci pembuka keikhlasan belajar saya adalah mereka para pelita hati.

mungkin anda bertanya ponorogo mana yang saya tuju? haah.. ponorogo, gontor lah yang saya jadikan tujuan pertama penuntutan ilmu. di sanalah aku berjuang dari titik nol hingga sekarang, dan saya ingin melanjutkan pemburuan ilmu lanjutan di universitas darussalam gontor yang berkiprah di bawah naungan gontor.

disanalah saya mendapatkan banyak sekali teman, di negara maupun mancanegara, dari perantauan ini saya banyak dituntut untuk beradapatasi dengan berbagai macam suku, ras,  bahasa, watak dan budaya pastinya. maka dari itu janganlah memandang perantauan dengan negative, coba pandanglah dengan hal yang positive, karena barang siapa yang merantau pasti akan mendapat gantinya seperti kata pepatah "sammir wajida li amrin anta tolibuhu ........". dan dilain pepatah juga mengatakan, perantau bisa kita gambarkan sebagai air yang mengalir, karena jika air itu diam maka akan rusak dan tidak sejernih air yang mengalir. 

semoga kita selalu diberi rahmat allah swt. terimakasih syukron

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun