Mohon tunggu...
Muhammad Zaki
Muhammad Zaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Darussalam Gontor

Saya adalah seorang penulis lepas yang senang berbagi cerita, pengalaman, dan pemikiran melalui tulisan. Dengan latar belakang pendidikan dalam bidang jurnalistik, saya telah mengeksplorasi berbagai topik mulai dari kisah inspiratif, opini tentang isu sosial dan politik, hingga ulasan tentang film dan buku. Minat: Saya tertarik pada beragam topik, namun terutama dalam hal kehidupan sehari-hari, kisah perjalanan, seni budaya, bahasa, pendidikan, teknologi Dll. Saya juga gemar menulis tentang pengembangan diri dan hal-hal yang dapat memberi inspirasi kepada pembaca. Pengalaman: Selain menulis untuk Kompasiana, saya juga telah berkontribusi dalam beberapa tulisan seperti penulisan essay dan artikel ilmiah di berbagai konferensi. Saya percaya bahwa tulisan-tulisan saya dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dan memicu diskusi yang berarti di kalangan pembaca. Tujuan: Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Saya ingin menjadi bagian dari komunitas penulis yang aktif berdiskusi dan saling mendukung di Kompasiana. Kontak: Jika Anda tertarik untuk berkolaborasi atau berdiskusi lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email mzaki011102@gmail.com atau melalui pesan pribadi di Kompasiana. Terima kasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lihatlah Apa yang Dikatakan, dan Jangan Lihat Siapa yang Mengatakannya

9 April 2024   10:43 Diperbarui: 9 April 2024   10:49 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: The Muse)

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita tergoda untuk memberikan bobot pada sebuah pernyataan berdasarkan siapa yang mengatakannya. Namun, pentingnya suatu pernyataan bukanlah hanya terletak pada siapa yang mengucapkannya, tetapi lebih pada substansi kata-kata itu sendiri. Pepatah lama "Lihatlah Apa yang Dikatakan dan Janganlah Lihat Siapa yang Mengatakannya" menekankan pentingnya fokus pada isi pesan, bukan pada identitas pembicara.

Pepatah ini mengajarkan kita untuk memandang setiap ide, pandangan, atau nasihat secara objektif, tanpa membiarkan prasangka terhadap individu yang mengungkapkannya mempengaruhi penilaian kita. Terlalu sering, kita cenderung memprioritaskan opini dari orang-orang terkenal atau berpengaruh, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau kesesuaian pesan mereka dengan nilai-nilai kita.

Ketika kita memperlakukan setiap ucapan dengan sikap skeptis yang sehat, kita mendorong diri kita sendiri untuk memahami konteks, pengetahuan, dan logika di baliknya. Dengan demikian, kita mampu mengevaluasi pesan secara lebih obyektif dan memilih untuk menerima atau menolaknya berdasarkan kualitas argumennya, bukan hanya karena identitas pembicaranya.

Menolak untuk terjebak dalam pemikiran yang membawa kita kepada kesimpulan prasangka tentang seseorang adalah tindakan yang bijak. Ini memungkinkan kita untuk merespons ide-ide dengan bijaksana, bahkan jika datang dari sumber yang tidak terduga. Memiliki kemampuan untuk menilai suatu pernyataan berdasarkan meritnya sendiri adalah langkah pertama menuju pemikiran yang lebih kritis dan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar kita.

Pentingnya mengutamakan pesan daripada pembicara juga ditekankan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk di dunia politik, sosial, dan profesional. Ketika kita belajar untuk membedakan antara pandangan dan kepribadian seseorang, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.

Dalam era informasi saat ini, di mana opini dan pandangan tersebar luas di media sosial dan platform online, penting bagi kita untuk menjadi konsumen informasi yang kritis. Dengan mengamati pepatah "Lihatlah Apa yang Dikatakan dan Janganlah Lihat Siapa yang Mengatakannya," kita dapat membantu membangun masyarakat yang lebih terbuka, berpikiran luas, dan berempati.

Jadi, mari kita jauhkan diri dari kesalahan dalam mengevaluasi opini berdasarkan pada identitas pembicaranya. Mari kita fokus pada substansi dari apa yang dikatakan, dan bukan pada siapa yang mengatakannya. Itu adalah langkah pertama menuju pemahaman yang lebih mendalam, pemikiran yang lebih kritis, dan hubungan yang lebih baik antara individu dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun