Mohon tunggu...
Muhammad Zaki
Muhammad Zaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Darussalam Gontor

Saya adalah seorang penulis lepas yang senang berbagi cerita, pengalaman, dan pemikiran melalui tulisan. Dengan latar belakang pendidikan dalam bidang jurnalistik, saya telah mengeksplorasi berbagai topik mulai dari kisah inspiratif, opini tentang isu sosial dan politik, hingga ulasan tentang film dan buku. Minat: Saya tertarik pada beragam topik, namun terutama dalam hal kehidupan sehari-hari, kisah perjalanan, seni budaya, bahasa, pendidikan, teknologi Dll. Saya juga gemar menulis tentang pengembangan diri dan hal-hal yang dapat memberi inspirasi kepada pembaca. Pengalaman: Selain menulis untuk Kompasiana, saya juga telah berkontribusi dalam beberapa tulisan seperti penulisan essay dan artikel ilmiah di berbagai konferensi. Saya percaya bahwa tulisan-tulisan saya dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dan memicu diskusi yang berarti di kalangan pembaca. Tujuan: Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Saya ingin menjadi bagian dari komunitas penulis yang aktif berdiskusi dan saling mendukung di Kompasiana. Kontak: Jika Anda tertarik untuk berkolaborasi atau berdiskusi lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email mzaki011102@gmail.com atau melalui pesan pribadi di Kompasiana. Terima kasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bukber Kok Boros!!!

30 Maret 2024   20:43 Diperbarui: 30 Maret 2024   20:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: The Motley Fool)

**Judul: "Refleksi Tradisi 'Bukber Kok Boros': Antara Keseimbangan dan Makna Sejati Ramadan"**

Dalam menjalani bulan Ramadan, tradisi berbuka puasa bersama atau yang sering disebut "bukber" telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia. Namun, belakangan ini, muncul fenomena yang menarik perhatian, yaitu "Bukber Kok Boros". Apa sebenarnya yang menjadi penyebab dari fenomena ini, dan apakah ada pedoman dalam Islam yang dapat mengatur perilaku saat berbuka puasa bersama?

Bukber merupakan momen yang dinanti-nanti oleh banyak orang, baik untuk berkumpul dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja. Namun, terkadang semangat berbagi dan kebersamaan dalam bukber ini menjadi kabur oleh gaya hidup konsumtif dan berlebihan.

Dalam Islam, ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh saat berbuka puasa bersama agar tidak terjerumus dalam perilaku boros dan berlebihan. Salah satunya adalah prinsip menjaga keseimbangan dalam pengeluaran dan konsumsi makanan, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin makan dalam satu perut lebih baik daripada makan dalam tujuh perut." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengajarkan tentang pentingnya menahan diri dari perilaku berlebihan dalam makanan, termasuk saat berbuka puasa bersama.

Selain itu, ada juga prinsip saling berbagi dan mempererat tali silaturahmi dalam bukber, yang sejalan dengan ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isterinya." (HR. Tirmidzi). Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan perilaku, termasuk dalam berbuka puasa bersama, merupakan bagian dari kesempurnaan iman seseorang.

Namun demikian, fenomena "Bukber Kok Boros" bukanlah hal yang harus dikecam sepenuhnya. Bukber masih memegang makna penting sebagai momen untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan ukhuwah islamiyah. Yang perlu ditekankan adalah pentingnya keseimbangan antara menikmati hidangan buka puasa dengan menjaga kebersamaan dan kesederhanaan, sesuai dengan ajaran agama.

Dengan demikian, "Bukber Kok Boros" seharusnya menjadi panggilan untuk merenung kembali makna sejati dari bukber, yaitu kebersamaan, berbagi, dan mempererat tali silaturahmi. Semoga masyarakat dapat mengambil hikmah dari tradisi ini dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan kebaikan dan keberkahan di bulan Ramadan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun