Pemilihan presiden selalu menjadi momen penting bagi Republik Indonesia. Terlepas dari hasil akhirnya, salah satu harapan yang mendalam adalah melihat perempuan menduduki posisi wakil presiden. Tapi seberapa realistis harapan ini, dan apa kontribusinya terhadap demokrasi?
Kehadiran perempuan dalam pemerintahan bukan semata-mata untuk mencari dukungan suara, melainkan juga untuk mewakili perspektif yang sering terabaikan. Mereka bisa menghadirkan sudut pandang yang unik, mewakili kelompok perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan dalam sektor publik dan privat. Dalam konteks ini, apakah kehadiran seorang cawapres perempuan akan berdampak positif?
Penting untuk diingat bahwa pemilu adalah tentang visi, kompetensi, dan kepemimpinan. Kualitas pemimpin tidak boleh ditentukan semata oleh gender, tetapi oleh kemampuan dan integritas mereka. Namun, kehadiran perempuan di puncak pemerintahan adalah indikator kemajuan demokrasi yang lebih baik. Itu adalah langkah menuju inklusivitas yang lebih besar dalam pengambilan keputusan.
Tentu saja, ada tantangan besar yang dihadapi perempuan dalam mencapai posisi strategis tertinggi. Di tengah budaya patriarki yang masih kuat, perempuan sering kali harus bekerja dua kali lebih keras untuk membuktikan diri. Namun, semakin banyak perempuan yang mencalonkan diri dan berhasil, semakin berkurang hambatan tersebut.
Mengenai elektabilitas, itu tergantung pada berbagai faktor, termasuk popularitas dan integritas calon. Kehadiran seorang cawapres perempuan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi pemilih, tetapi tidak ada jaminan keberhasilan. Yang terpenting adalah bahwa pemilih harus memilih berdasarkan substansi, bukan gender.
Kita harus bersama-sama bekerja untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan dalam mencapai posisi strategis tertinggi. Ini berarti memberikan peluang yang sama, mendukung pendidikan dan pelatihan, serta mengubah persepsi masyarakat tentang peran perempuan dalam politik.
Jadi, apakah kita berharap melihat seorang wakil presiden perempuan? Tentu saja, itu adalah harapan yang baik untuk demokrasi Indonesia. Namun, yang terpenting adalah melihat pemilihan berdasarkan kemampuan dan visi, bukan hanya gender. Ini adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H