Mohon tunggu...
Muhammad Zain
Muhammad Zain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Saya seorang mahasiswa sosiologi semester dua yang aktif di Universitas Airlangga dengan berbagai minat yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Pengembangan diri dan eksplorasi menjadi minat khusus saya, dengan fokus khusus pada domain manajemen sumber daya manusia (SDM), analisis data, digital marketing, kepemimpinan, pengembangan dan perencanaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Pemilu 2024: Mengapa Oposisi Kian Tak Berdaya?

20 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:07 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pada Pemilu Presiden 2024, oposisi menjadi semakin tidak berdaya. Penyebab utamanya adalah kekuatan koalisi pemerintah yang dibangun oleh Prabowo, yang menggabungkan banyak partai besar, termasuk beberapa yang pernah berada di pihak oposisi, seperti NasDem dan PKB. Koalisi besar ini membuat oposisi sulit untuk menentang bahkan mengkritisi kebijakan pemerintah.

Di tambah lagi mantan Calon Presiden yang menggaungkan oposisi, Anies Baswedan mencalonkan diri menjadi Calon Gubernur Jakarta, yang menambah oposisi tidak memiliki tokoh yang terkenal dan kuat yang dapat menarik dukungan publik dan menyatukan kekuatan mereka. Tanpa tokoh oposisi yang terkenal dan cukup membuat opsisi lemah untuk melawan pemerintah. Keterbatasan sumber daya logistik dan finansial yang dihadapi oposisi memperparah kondisi ini. Ini membuatnya sulit untuk melakukan kampanye dan menyuarakan kritik mereka.

Demokrasi Indonesia sangat terpengaruh oleh oposisi ini. Proses check and balances yang penting dalam demokrasi dapat terganggu jika tidak ada oposisi yang kuat. Ini dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan dan pengesahan kebijakan yang tidak bersemangat dan tidak pro-rakyat. Selain itu, kurangnya oposisi berdampak pada kurangnya inovasi dan upaya DPR untuk mengajukan usulan kebijakan alternatif. Dengan dominasi koalisi di parlemen, pandangan kritis dan alternatif sulit untuk muncul. Akibatnya, berbagai kebijakan yang dibuat kurang memenuhi kebutuhan umum.

Setelah Pemilu 2024, oposisi di Indonesia akan menghadapi kesulitan yang signifikan dalam melaksanakan peran mereka sebagai penyeimbang kekuasaan. Kelemahan oposisi disebabkan oleh koalisi pemerintah yang kuat, kekurangan pemimpin oposisi yang kuat, keterbatasan sumber daya, dan hingga kemungkinan represi terhadap kritik. Kondisi ini mengancam kualitas demokrasi, di mana kekuasaan semakin tidak seimbang. Untuk menjaga demokrasi berfungsi, masyarakat sipil dan semua pemangku kepentingan harus terus menciptakan ruang oposisi yang penting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun