Saat tiba di Pondok Madani, Alif terpesona oleh "mantera" sakti: man jadda wajada, yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Ini menjadi pedoman hidupnya di pondok pesantren. Di sana, dia juga terkesan dengan berbagai pengalaman baru, seperti mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, mendengar anak-anak mengigau dalam bahasa Inggris, dan merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas.Â
Hidup di pondok pesantren membawa Alif berkenalan dengan teman-teman sejawatnya, yaitu Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Mereka membentuk persahabatan yang erat, diikat oleh hukuman jewer berantai di bawah menara masjid. Bersama-sama, mereka menanti maghrib sambil bermimpi melihat awan lembayung yang pulang ke ufuk, membawa harapan dan impian masing-masing.Â
Meski kehidupan di pondok pesantren penuh dengan tantangan dan kedisiplinan ketat, Alif dan teman-temannya tetap mempertahankan semangat dan impian mereka. Mereka belajar tidak hanya ilmu agama Islam, tetapi juga ilmu pengetahuan umum seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan kesenian. Ini menjadi salah satu kelebihan novel ini, karena mengubah pandangan stereotip tentang pondok pesantren. Namun, seperti kisah hidup pada umumnya, novel ini juga menunjukkan kelemahan. Beberapa tokoh tidak mendapatkan penggambaran yang jelas dan tajam, terutama tentang perjalanan hidup mereka setelah cerita utama berakhir. Ini mungkin meninggalkan keingintahuan pembaca tentang nasib para karakter.Â
Meskipun demikian, "Negeri 5 Menara" tetap menjadi kisah yang sangat baik untuk dibaca, terutama oleh para remaja. Cerita ini penuh dengan pesan inspiratif tentang perjuangan mencapai cita-cita tinggi dan pentingnya menjaga hubungan persahabatan. Pengalaman Alif dan teman-temannya di pondok pesantren menciptakan narasi yang mendalam, menggambarkan perjuangan talabul ilmi di kalangan remaja. Novel ini menawarkan pembacanya untuk menjelajahi kehidupan di pondok pesantren dengan segala tradisi dan nilai-nilai religius yang mendalam.Â
Dengan penempatan tokoh remaja yang sangat tepat, novel ini menjadi gambaran nyata tentang perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam mengejar impian mereka. Pesan religius yang diselipkan dalam kisah juga menambah nilai makna dan kebermanfaatan dari novel ini. Sebuah perjalanan emosional yang penuh makna, "Negeri 5 Menara" mengajak pembacanya untuk merenung tentang arti hidup, keberanian menghadapi tantangan, dan pentingnya mempertahankan impian meskipun setinggi apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H