Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malas Belajar Ketika Internet Mudah Diakses, Kenapa?

1 Juli 2024   10:54 Diperbarui: 2 Juli 2024   05:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: canva.com

Beberapa hari belakangan, saya lagi  senang menggunakan fitur "mendengarkan artikel" di ponsel. Membuka begitu banyak artikel pilihan tanpa harus membacanya. Jadi, bisa tahu isinya sambil mengerjakan hal lain.

Menyalakan speaker bluetooth kemudian mengambil sapu untuk menyapu atau mengambil alat pel untuk mengepel. Bahkan, kalau pagi hari bisa dilakukan sambil gerak badan, pemanasan rutin menyambut hari nan penuh kegiatan.

Otot tetap digunakan, otak pun terisi materi. Waktu diisi hal berguna sehingga tidak terbuang sia-sia.

***

Demikianlah manfaat internet bagi saya. Sumber pengetahuan yang sangat luas, mudah diakses serta relevan dengan kebutuhan. Tidak ada alasan lagi untuk mengatakan jika belajar itu sulit. 

Hambatan biaya dan hambatan akses hanyalah alasan yang dicari-cari oleh orang yang sejak awal enggan banyak belajar. Keterbatasan lambat laun terkikis dimana cara belajar dibuat lebih praktis bahkan gratis. Andaikan dunia begitu lebar sehingga kaki pun sulit untuk menapakinya, maka internet akan mempermudahnya.

Keluasan jangkauan itulah sesuatu yang mesti disyukuri. Bukan hanya mengucapkan hamdallah, tetapi juga memanfaatkan kemudahan itu pun menjadi bentuk bersyukur. Dengan memanfaatkan apa yang tersedia, maka hati terasa lega bahkan rezeki pun terasa lapang. 

Pikiran tidak lagi dikelilingi tembok pembatas yang membuat kita bingung. Tidak tahu harus berbuat apa dan harus kemanakah kaki melangkah. 

Ternyata benar, cakrawala berpikir yang luas bisa meruntuhkan tembok pembatas. Bahkan, bisa meruntuhkan dinding pemisah sebuah peradaban yang terkungkung karena alasan geografis. Pengetahuan yang luas pun bisa menembus gunung yang menghalangi cahaya kemajuan bagi kehidupan yang semula terisolasi dari dunia luar.

Keengganan mengakses pengetahuan hanyalah gangguan syetan. Atau, gangguan psikologis _bagi Anda yang tidak percaya syetan_ yang melumpuhkan naluri alami manusia untuk terus memanjat hingga ke puncak peradaban tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun