Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemahaman untuk Memilah Pengalaman yang Tak Relevan

28 Juni 2023   06:46 Diperbarui: 28 Juni 2023   09:26 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mengenal orang tua yang sering mengulang-ulang membicarakan pengalaman. Sekali mendengar, kita terpana. Berkali-kali mendengar kisah yang sama, ternyata bosan juga.

***

Orang tua, sering terkesan membanggakan pengalamannya. Ketika berbicara, mereka bisa menyampaikan hal yang dialami hingga mendetail. Karena fokus pada detail-detail peristiwa, malah lupa menyampaikan makna dari kisah masa lalunya.

Entah apa niat para orang tua ketika sering membicarakan pengalaman hingga berbusa-busa, apakah benar-benar ingin berbagi pengalaman atau mengharapkan pujian?

Tidak semua orang tua berperan sebagai tetua adat yang suka berkisah demi menjaga budaya. Tetua adat memang bertanggung jawab pada keberlangsungan tata laksana kehidupan. Kemurnian tradisi bisa dijaga dengan saling menasehati.

Namun, ada orang tua _yang saya temui_  terkesan ingin memperoleh penghargaan atas apa yang dia lakukan. Apa yang dia bicarakan hanyalah sebuah data-data yang terserap oleh indera. Tidak jauh beda dengan "data-data sejarah" di buku ajar sekolah. Sekedar untuk dihapal bukan untuk menyelami makna sebuah peristiwa.

Atau, mereka banyak bicara karena  memang tidak ada yang menghargai. Masa muda yang penuh pengorbanan serta kesulitan ternyata kurang pengakuan. Ketika sudah punya keturunan, maka kita yang lebih muda harus mengakui jasa-jasa para orang tua.

***

Saya tidak sedang menafikan peran pendahulu dalam menata masa lalu demi masa depan yang lebih mapan. Hanya saja, para orang tua mesti tahu jika pengalaman mereka banyak yang tidak relevan dengan zaman.

Jika yang dibicarakan hanya sekumpulan data dari realita maka generasi kami bisa dengan mudah mencari sendiri. Informasi telah berubah dari barang berharga menjadi setumpuk sampah di dunia maya. Kami membutuhkan kebijaksanaan dalam memilah sampah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun