Manusia Jawa, hidup diantara himpitan pesawahan. Sulit untuk menghindari itu. Di kawasan dekat pantai seperti Pantura pun pesawahan adalah ciri khas geografisnya. Manusia Jawa tidak bertumpu pada laut sebagaimana orang Eskimo.
Sawah yang mengitari pusat pemukiman dan pusat pemerintahan sulit untuk menghindar dari "memikirkan" tanah basah sumber makanan itu.Â
Meninggalkan sawah harus menerima resiko setimpal kekurangan pangan. Karena, tanah Jawa tidak cukup untuk menyediakan pangan bagi penduduknya yang teramat padat.
"Panen kapan?"
"Berapa hasil panen musim ini?"
"Kapan musim tanam dimulai?"
Percakapan demikian sering terlontar dari mulut petani. Pikiran dominan kami bukan tentang fluktuasi harga saham, tetapi berkutat bagaimana meningkatkan hasil panen. Waktu pun habis untuk itu. Sehingga tidak usah heran jika masyarakat Jawa tidak terpikir untuk menjelajah negeri lain. Apalagi menaklukan bangsa lain.
Sulit bagi kami untuk meninggalkan tanah garapan. Kalaupun harus pergi mengembara, pasti akan kembali. Mudik.
Silakan mencari komunitas orang Jawa di dunia. Hanya di Suriname Anda akan menemukan warga Jawa jauh dari tanah kelahirannya. Dan, enggan kembali.
Budaya penanam padi bisa dinilai sebagai budaya yang lamban berkembang. Karena kehidupannya sangat bergantung kalender matahari. Jika industri begitu cepat berkembang, maka pertanian seakan kegiatan yang berulang.
Namun, industri tidak akan bertahan tanpa pertanian. Seorang pengamat pembangunan dari India, ML. Jhingan menyarankan untuk membangun areal perindustrian tidak jauh dari areal pertanian.
Sulit dipungkiri jika budaya penanam padi tidak bisa serta merta diubah 100% menjadi masyarakat industri. Kontribusi sektor pesawahan terhadap kehidupan sehari-hari masih memiliki andil besar. Misalnya, dalam suatu rumah tangga terdiri ayah, ibu dan 2 orang anak.
Si ibu dan bapa masih berkutat dengan menanam padi karena berbagai alasan. Kedua anaknya bisa bekerja di sektor industri yang tidak jauh dari tempat tinggal. Besar atau pun kecil, urusan makanan sudah terselesaikan dari hasil orang tua sebagai petani. Dan, kebutuhan lain ditambal oleh pendapatan si anak.