Waktu kecil, kita mungkin sering mendengar Kisah Kebijaksanaan dari berbagai Kalangan.
Entah itu Kebijaksanaan dari kalangan para Filsuf, Kebijaksanaan para Pemimpin Dunia maupun Kebijaksanaan orang-orang yang terkenal akan Keshalehan mereka.
Lalu apakah yang dimaksud dengan Kebijaksanaan itu?
Menurut penjelasan dari Wikipedia, Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk mengatur dan belajar diri sendiri dengan memakai akal budi. Kebijaksanaan biasanya dianggap sebagai kebajikan.
Sebagai seorang Muslim tentu kita tidak lagi bingung akan bagaimana bersikap Bijaksana, karena kita sudah memiliki Rasulullah sebagai Suri Tauladan Terbaik.
Sebagaimana Firman Allah yang artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)
Mengapa sikap Bijak sangat diperlukan?
Karena dengan Sikap Bijak kita bisa meredam konflik. Yang mana adanya Konflik sangat disenangi oleh musuh utama manusia, yakni Syaithan yang menaruh Dendam tak berujung pada Nabi Adam dan Keturunannya.
Maka dengan sikap yang Bijak minimal kita bisa bersikap dengan sikap yang terbaik. Menimbang yang mana Kemaslahatan dan Mudharat. Tak semua orang dan kondisi bisa diperlakukan sama. Kapan harus bersikap Keras, bersikap Lembut, dan lain-lain. Dalam Ushul Fiqh pun hal tersebut dipelajari. Yang mana hal tersebut juga menunjukkan sikap Kedewasaan berpikir dan bersikap.
Dalam hidup, belajar untuk bersikap bijak dan dewasa tak mempunyai batas waktu. Kalaupun ada batasnya, maka batasnya adalah hingga maut menjemput, karena itulah batas umur kita di dunia.