Pada saat ini kita diuji dengan zaman yang berkembang dengan pesat yang seering kita sebut dengan era globalisasi. Dampak yang paling dapat kita rasakan ialah adanya kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Di era ini kita dapat dengan sangat mudah mengakses informasi dari segala sumber, juga dapat berkomunikasi tanpa batas ruang dan waktu.
Di era globalisasi tidak hanyak berdampak pada kemajuan teknologi melainkan ikut bergesarnya nilai moral dan agama suatu bangsa. Mudahnya bertukar informasi di media sosial, membuat proses pertukaran budaya lebih mudah. Bahkan tak jarang sampai menggeser nilai-nilai budaya yang melekat pada seorang individu.
Indonesia sebagai negara mayoritas muslim memiliki nilai-nilai budaya yang menjunjung tinggi ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Seorang individu diajarkan bagaimana menjalani hidup dengan benar sesuai dengan tuntunan yang telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW. Rasulullah ialah sebaik-baiknya cermin bagi umatnya.
Terutama dalam mengembangkan kepribadian yang islami, guna menjauhkan kita dari kesesatan duniawi. Kepribadian seseorang, pertama dibangun oleh ruang lingkup keluarga yang mengenalkannya dengan ajaran agama sejak didalam kiandungan hingga ia besar. Namun, faktor lingkungan luar tempatnya berinteraksi juga menjadi hal yang sangat berperan dalam mempengaruhj pembentukan karakter atau kepribadian seseorang.
Lingkungan social yang memliki nilai positif didalamnya tentunya akan berdampak positif pada kepribadian seseorang. Biasanya kelompok tersebut melakukan kegiatan positif yag bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Adanya kerjasama yang baik dan saling mendukung satu sama lain. Sehingga, resiko munculnya konflik dapat berkurang atau penyelesaian konflik yang ada dapat dihadapi dengan baik.
Sedangkan, pada lingkungan dengan interaksi social yang memiliki hal negatif tentunya kemungkinan besar akan berdampak negatif juga terhadap kepribadian seseorang. Pada situasi ini, seseorang akan sulit mengontrol perilaku, yang mana pada akhirnya dapat menyebabkan bergesernya nilai moral dan agama individu. Sehingga dapat menimbulkan perilaku-perilaku yang pasif, agresif, bahkan hingga menyebabkan bahaya bagi dirinya maupun orang lain.
Individu dapat dikatakan mengalami krisis identitas, yaitu sebuah kondisi yang menimbulkan kebingungan tentang jati diri seseorang yang sebenarnya. Bagi seorang yang memluk agama islam, identitas individu tersebut harusnya menjadi seorang muslim yang taat dan bermanfaat bagi sesama. Namun, krisis identitas ini menyebabkan individu dapat hilang arah dan tujuan dalam menjalani hidup. Tidak adanya lagi keseimbangan antara dunia dengan akhirat.
Jika dirasa seseorang telah mengalami krisis identitas, maka diharapkan dapat segera menumbuhkan kesadaran diri untuk kembali meminta pertolongan Allah sebagai sebaik-baiknya maha penolong hambanya untuk kembali berada dijalan yang benar. Dengan penguatan komitmen dengan Sang Maha Pencipta maka komitmen untuk beristiqomah menjadi pribadi yang lebih baik juga ikut menguat.
Beberapa bentuk dalam menangani krisis identitas ialah memperbanyak ibadah dan juga dzikir untuk menggugurkan dosa-dosa kita. Selain itu, meneladani sikap Nabi Muhammad SAW juga menjadi cara untuk kita memperoleh tuntunan menjalani hidup yang di ridhai Allah. Beribadah, bersosialisasi dengan menebar manfaat bagi sesama, bekerja keras, tidak bermalas-malasan, hingga menjalankan sunnah yang lainnya. Dengan meneladani sikap Nabi Muhammad SAW tentunya kita diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik, penuh keberkahan, dan dapat menjaga keseimbangan dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat.
Dengan menerapkan ajaran kenabian dalam mengatasi krisis identitas, diharapkan seorang idnividu dapat mempertahankan nilai-nilai moral dan agama Islam dalam dunia yang terus mengalami perkembangan jaman.
Â