Mohon tunggu...
Muhammad Yasin Fadilah
Muhammad Yasin Fadilah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Universitas Nasional '12 Berfikir dinamis berakhlakul karimah semangat menggapai apapun yang bersifat baik dan baik buat kedepan nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Jalanan Lebih Garang Dibanding Dunia Indrustri Dan Dunia Politik

3 Maret 2014   05:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sering sekali kita dengar istilah politik itu lebih kejam daripada pembunuhan. Pepatah pepatah seperti ini sebenarna yang membuat rusak keyakinan kita terhadap sesuatu. Kita tahu bahwa politik memang kejam tetapi ketika dihadapkan dengan pembunuhan itu lebih cenderung ke pembunuhan kalo saya melihat kekejaman secara akal manusiawi saya. Masalah pembunuhan ini menyangkut jiwa dan mental seseorang dengan berbagai kondisi dan tekanan sedangkan masalah politik adalah masalah ketenangan dalam berfikir, strategi meraup kekuasaan yang menghalalkan segala cara tapi saya belum dengar karena politik orang bisa meninggal. Tentunya saya sadar, dengan adanya permainan politik rakyat kecil juga tertindas apalagi para birokrat menggandakan uang dengan mengkorupsi uang rakyat untuk hal pribadi. Tapi rakyat kecil bukan meninggal dkarenakan korupsi para pejabat melainkan karena mereka tak sanggup bertahan untuk hidup dan memperjuangkan hidup. Saya pikir, korupsi hanya 20% harta rakyat yg diambil oleh para birokrat.  Itulah dunia, penuh kesengsaraan dan pembandingan kelas.

Bahasan kedua adalah dunia indrustri yang cenderung sering terjadinya penindasan para kaum kapitalis dan kaum buruh proletar. Konflik antara kaum buruh dan para pemilik modal ini tiada akhir si buruh terus meminta upah yang ideal untuk kehidupan dia, si capital ingin perusahaan nya berjangka panjang dengan membatasi penghasilan buruh dengan mencukupi kebutuhan sehai-hari saja. Artinya para buruh tertuntaskan dengan kebutuhan primer saja sedangkan kita tahu bahwa ketika proses industrialisasi terjadi maka yang terjadi adalah masyarakat akan menjadi konsumtif terhadap barang-barang yang perusahaan produksi. Ini membuat para buruh terus menerus ingin upah mereka naik, karna mereka ingin memenuhi kebutuhan sekunder dan primer dengan kelayakan mereka bekerja keras untuk menghasilkan upah yang layak pula.

Tapi ada satu hal yang mungkin saya piker ini pendapat murni saya mengenai kegarangan dunia jalanan yang sangat kacau balau melebihi kekacauan dunia politik dan dunia indrustri yang marak diperbincangkan. Dunia jalanan ini biasanya jarang diperdebatkan padahal ini masalah social yang tak kunjung bisa dipahami.

Hubungan antara dunia jalanan dengan dunia politik :

·Jelas hubungan politik dengan jalanan sangat begitu erat dengan diraihnya para utusan golongan seperti para preman untuk mengkordinir massa mereka untuk keberlangsungan proses pemungutan suara para calon pejabat.

·Jalanan cenderung memiliki banyak cerita apalagi politik, hampir setiap hari dan setiap waktu ketika anda disudutkan dengan obrolan politik di warung anda pun ikut serta turun tangan.

Begitu juga dunia indrustri didalam dunia indrustri banyak campur tangan para pelaku dunia jalanan mencari upah gaib dari perusahaan dll.

Disini jelas, alur antara dunia politik dan dunia indrustri itu terletak pada dunia jalanan yang cenderung masuk kategori tak terlihat tapi peran andilnya sangat dibutuhkan dalam segi apapun maka penguasa dan kaum tertindas akan ditengahi oleh kaum jalanan yang memiliki massa untuk merangkul kedua kelas tersebut. Jalanan juga identic dengan segala kejahatan, kebusukan para pelakunya, pembunuhan,dll menandakan betapa kejamnya dunia jalanan. Jarang orang mau hidup dijalan kecuali mereka mempunyai tekad dan paksaan.

Saya pikir politik itu kotor, tapi dimana anda tidak dapat menghindari nya maka terjunlah!

Tapi kekotoran dunia politik itu tak sekotor dunia jalanan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun