Arifin ind_di liput dari pengajiannya prof. KH. Agus sunyoto (alm) beliau menegaskan bahwa karakteristik bangsa Indonesia yang telah dirumuskan oleh the faunding fathers pada realitanya telah hilang, sehingga Pancasila dan UUD 1945 telah hilang dari struktur sosial kebudayaan masyarkat Indonesia sendiri.kapitalisme neo liberal dan sosialis komunis, yang kedua ideologi ini menentang sekali ideologi nasionalisme, karena karakteristik dari nasionalisme adalah menentang adanya imperialisme dan kolonialisme baik dari pihak liberalisme maupun komunisme. Sehingga Ketika kita menilik Kembali historis perang dunia kedua pada esensinya peristiwa itu tragedy peperangan antar ideologi, yaitu antara ideologi nasionalisme yang di pegang oleh partai Nazi Jerman,
Adapun factor yang menyebabkan jati diri bangsa Indonesia hilang sesuai yang di sampaiakan oleh beliau dan di kutip dari paradigmanya Soekarno pada waktu itu, karena adanya dua ideologi yang menyususup ke dalam kebudayaan Masyarakat Indonesia, yaitu ideologidan persatuan antara ideologi kapitalis neo liberalisme serta sosialis komunisme yang di pegang oleh pihak sekutu. Masih menurut Bung karno Adapun imperialisme model baru sekarang Namanya adalah neo kolonialisme imperialisme yang di singkat menjadi ‘NEOKOLIN’ yang sekarang ini kita lebih familiyar dengan sebutan era globalisasi. Adapun cara kerja dari NEOKOLIN lebih mengutamakan soft power yaitu dengan menginvestasikan modal dari luar negeri ke dalam negeri, karena itu terbentuklah multi nasional copration and trans nasional copration sehingga warga local hanya bisa jadi buruh, namun keuntungan akan di angkut oleh negara pemilik modal. Pada tahun 2001 ada buku terbitan dari Amerika serikat di tulis oleh James petras dan Henry fredmayer berjudul globalisition unmask artinya: globalisasi tanpa topeng yang di dalamnya di sebutkan “a new imperialisme in twenty first century”
.Kemarin sidang APEK yang di laksanakan di Bali tahun 1994 untuk pertama kalinya Indonesia menyepakati globalisasi secara bertahap, lalu 2003 terbentuk Asean free trade area yang di singkat AFTA yaitu suatu perdagangan tingkat ASEAN, kemudian terbentuk lagi china, Asean free tread area (CAFTA) tahun 2010 China masuk era globalisasi, kemudian tahun 2015 semua negara di Asia pasifik baru memasuki era globalisasi. Adapun pada tahun 1997 sekitar tiga tahun Indonesia menyepakati globalisasi terjadi krisis moneter di Indonesia yaitu krisis perekonomian sehingga nilai asset jual beli local anjlok, bisnis dan konsumen kesulitan memebayar utang, serta Lembaga keuangan yang kekurangan likuiditas(OCBC NISP,15 Mar 2023). Karena perekonomian Indonesia mengalami moneter dan nilai dolar saat itu sedang naik, maka presiden soeharto melakukan penandatangan kerja sama dengan organisasi internasional yang bergerak di bidang keuangan Bernama international monetary fund (IMF) dengan representor yang Bernama michel kadensus, sehingga seluruh kekayaan Indonesia yang di naungi oleh BUMN dan semua Perusahaan swasta di borong oleh kapitalis luar negeri dalam bentuk Perusahaan-perusahaan besar luar negeri, namun menurut UUD 45 nomor. 33 yang intinya melarang semua kekayaan Indonesia yang dikelola oleh Perusahaan-perusahaan strategis dalam negeri, seperti: Indofood, Indocement, semen Indonesia, pertamina dll. maupun luar negeri, seperti: Danon, Unilever, aqua dll. keuntungannya Kembali ke- finansial pribadi pemilik modal, namun harus Kembali ke BUMN yang di peruntukkan kesejahteraan rakyat Indonesia, sehingga untuk melancarkan kapitalisme mereka terjadilah amandemen UUD 1945 secara prakmatis ketika masa kepemimpinan MPR oleh Amin rais mulai dari tahun 1998-2004. Sehingga para kapitalis mendapatkan justifikasi di Indonesia berdasarkan amandemen UUD 45 tersebut sehingga semua kekayaan negara di hisab habis-habisan oleh Perusahaan-perusahaan besar tanpa memeberikan kesejahteraan pada Masyarakat sekitar, dan akibatnya sekarang mayoritas secara semu bahkan tidak sadar akan cita-cita bangsa Indonesia yang telah di strukturalkan oleh para pendiri bangsa, yaitu menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, namun akibat dari ideologi NEOKOLIN ini budaya Masyarakat Indonesia lebih mementingkan keuntungan pribadi serta kesejahteraan keluarga mereka sendiri, sehingga yang miskin semakin miskin, dan yang kaya semakin kaya raya. Adapun secara empiris-historisnya keanehan yang terjadi menurut prof. KH. Agus sunyoto “Ketika masa kepemimpinan MPR Amin rais membuat ketetapan dalam TAP. MPR,no. 02 thn. 2003 di tetapkan bahwa Soekarno adalah penghianat dan sampai sekarang ketetapan tersebut belum di cabut, namun mayoritas Masyarakat tidak tahu akan hal itu, hal tersebut adalah sebuah keanehan, logikanya dimana?, dan yang aneh lagi para pemberontak PRRI PERMESTA( perjuangan semesta/perjuangan rakyat) seperti syafruddin prawiranegara di angkat sebagai pahlawan nasional”. Adapun akibat dari globalisasi tersebut jati diri bangsa secara perlahan-lahan hilang bahkan kebudayaan local, ceontohnya: dalam nama mayoritas nama-nama dewasa ini nama-nama jawa semakin tidak ada, seperti: paimen, Santoso, ngatiyem dll. Bahkan makanan local, seperti: getok lindri, tela pohong, tela rebus dll. Begitu juga cara menyapa orang tua, seperti: mamah, papah, om, tante dll. Alasannya kenapa hal tersebut bisa terkikis? Jawabannya itu karena efek dari globalisasi atau sinonim dari NEOKOLIN yang menuntut secara kultur mengikuti trend sekarang dan bersikap mewah, dan tradisi lama veluenya di anggap rendahan, sehingga mulai di tinggalkan. Maka dikarenakan Indonesia dipengaruhi oleh NEOKOLIN, maka peraturan yang di terapkan di Masyarakat adalah Aristocration of mony yang mana orang berduitlah yang berada di atas, seperti contoh: VVIP, VIP dalam sebuah hotel jelas yang paling mewah yang paling kapitalis, karena itu benar sekali ada orang yang mengatakan: elo punya uang, maka elo punya kuasa.Tutur Prof. KH. Agus sunyoto: “Adapun pengaruh kapitalis liberalis ini masuk hamper keseluruh lapisan Masyarakat, sehingga mayoritas Masyarakat Indonesia selalu berpihak pada mereka yang memiliki uang, termasuk Lembaga kemasyarakatan, para birokrat dll. Mayoritas dari mereka akan selalu memihak kepada Perusahaan atau para kapitalis demi kepentingan mereka pribadi dan tidak ada yang memihak rakyat miskin.”Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H