Mohon tunggu...
Muhammad Yahya
Muhammad Yahya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya salah satu mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Subsidi Energi Masih Relevan di Tengah Krisis Ekonomi Global?

3 Oktober 2024   15:20 Diperbarui: 3 Oktober 2024   15:26 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah Subsidi Energi Masih Relevan di Tengah Krisis Ekonomi Global?

Subsidi energi telah menjadi salah satu alat kebijakan ekonomi penting di Indonesia untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Kebutuhan mendesak untuk melindungi kelompok berpendapatan rendah, yang paling rentan terhadap kenaikan harga energi dan efek inflasi, menimbulkan kebijakan ini. Namun, ada perdebatan tentang kelanjutan kebijakan subsidi energi karena situasi global yang terus berubah karena pandemi COVID-19 dan ketidakpastian geopolitik seperti perang di Ukraina. Apakah kebijakan ini masih relevan atau perlu diubah untuk lebih sesuai dengan tantangan ekonomi yang semakin meningkat. 

Di satu sisi, subsidi energi sangat penting untuk menjaga daya beli orang, terutama mereka yang berpendapatan rendah. Dengan adanya subsidi energi, harga barang dan jasa yang terkait dengan biaya energi, seperti transportasi dan produksi barang kebutuhan pokok, dapat dikontrol. Ini karena kenaikan harga energi dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa lainnya. Ini membantu orang-orang, terutama mereka di lapisan ekonomi terbawah, mengelola pengeluaran mereka dengan lebih baik meskipun inflasi global meningkat.

Ada beberapa masalah dengan subsidi energi. Anggaran negara yang dialokasikan untuk subsidi energi sangat besar, dan beban fiskal pemerintah meningkat seiring dengan meningkatnya harga minyak di seluruh dunia. Selain itu, ketergantungan pada subsidi menyebabkan distorsi pasar energi dan penggunaan energi yang berlebihan, yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, subsidi seringkali tidak tepat sasaran, memanfaatkan kelompok berpenghasilan lebih tinggi yang menggunakan lebih banyak energi. Selain itu, subsidi energi menghambat penggunaan sumber daya energi yang lebih ramah lingkungan atau peningkatan efisiensi.

Dalam jangka panjang, banyak ekonom berpendapat bahwa subsidi energi harus diubah atau dialihkan ke program yang lebih langsung menyasar kelompok berpendapatan rendah, seperti bantuan tunai langsung atau subsidi transportasi umum. Reformasi subsidi energi dapat menurunkan beban fiskal negara sambil melindungi kelompok rentan dari kenaikan harga energi. Selain itu, reformasi ini dapat mendorong investasi di sektor energi terbarukan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, yang merupakan faktor penting dalam menghadapi perubahan harga energi di seluruh dunia.

Jika mereka ingin mempertahankan stabilitas ekonomi dan sosial dalam jangka pendek, pemerintah harus memilih antara melakukan reformasi struktural yang lebih berkelanjutan di sektor energi. Sementara negara lain beralih ke sumber energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, Indonesia mungkin masih menghadapi masalah fiskal yang serius jika subsidi energi tidak segera ditinjau ulang. Namun, penghapusan subsidi secara drastis juga berisiko menimbulkan keresahan sosial. Ini terjadi pada tahun 1998, ketika kenaikan harga BBM menyebabkan demonstrasi besar-besaran yang mengganggu stabilitas politik negara.

Argumentasi Terhadap Penghapusan atau Revisi Subsidi

Banyak ekonom percaya bahwa kebijakan subsidi energi tidak akan bertahan lama, meskipun mereka memiliki efek positif dalam jangka pendek. Salah satu kritik utama adalah bahwa subsidi energi menghabiskan banyak uang negara, yang seharusnya digunakan untuk bidang lain seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

Misalnya, ratusan triliun rupiah setiap tahun dihabiskan untuk subsidi BBM, yang dapat digunakan untuk membangun basis ekonomi yang lebih tahan terhadap bencana. Selain itu, meskipun subsidi energi pada dasarnya dimaksudkan untuk melindungi kelompok berpendapatan rendah, mereka cenderung tidak tepat sasaran karena sebagian besar penerima manfaatnya berasal dari kelompok menengah ke atas, yang memiliki kendaraan pribadi dan konsumsi energi yang lebih tinggi. 

Faktor lingkungan juga harus diperhatikan. Subsidi energi, terutama pada bahan bakar fosil, hanya memperburuk masalah lingkungan dengan mendorong konsumsi energi berlebihan dan memperlambat transisi menuju energi terbarukan. Dengan subsidi ini, masyarakat dan industri kurang termotivasi untuk menggunakan energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan. Organisasi internasional telah memutuskan bahwa jika subsidi terus diberikan, Indonesia akan menghadapi tantangan untuk mencapai target pengurangan emisi karbonnya.

Apakah Reformasi Subsidi Diperlukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun