Mohon tunggu...
Muhammad Wildan
Muhammad Wildan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Man of Culture

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pria Menangis di Tempat Kerja: Memalukan atau Hal yang Lumrah?

10 April 2021   13:37 Diperbarui: 11 April 2021   03:00 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: knowyourmeme.com

"We need never be ashamed of our tears."

Charles Dickens, Great Expectations

"Laki-laki kok nangis sih..." Sebagian dari kita para laki-laki pasti pernah mendengar ungkapan tersebut keluar dari mulut orang tua kita saat kita masih kecil. Dan juga teman serta lingkungan kerja kita saat dewasa.  Menangis merupakan respon alami manusia untuk meluapkan emosi, mulai dari kesedihan, kegembiraan, bahkan rasa frustasi akan suatu hal yang sedang dikerjakan juga dapat membuat kita menangis.

Dalam pekerjaan, menangis merupakan hal yang cukup tabu karena bisa melanggar apa yang biasa para antropolog sebut sebagai 'Display Rules'  atau norma budaya kita untuk ekspresi diri dan bersosialisasi. Ada 3  jenis display rules, antara lain yaitu  masking, modulation, dan  simulation (Ekman dan Friesen dalam Walgito,2003;207).

Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya. Modulation yaitu keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara tuntas gejala kejasmaniannya, contoh ketika seseorang menangis tapi tidak terlalu kuat. Simulation yaitu orang yang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakan gejala-gejala kejasmanian. Menurut Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) mengenai etis kalau menangis dengan meronta-ronta dihadapan umum sekalipun karena kehilangan anggota keluarganya.

Karena konstruksi sosial yang tradisional membangun peran gender laki-laki sebagai sosok yang harus tangguh dan tidak cengeng, sedangkan perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah dan lebih peka terhadap emosi, maka muncul steorotipe bahwa laki-laki yang menangis merupakan hal yang memalukan untuk di tunjukan di depan umum. Walaupun ia sedang benar-benar sedih, laki-laki akan berusaha untuk tetap menahan dirinya agar tidak menangis.

Perbedaan luas antara maskulinitas dan feminitas dalam ekspresi emosi yang negatif telah menghasilkan pola ekspresi emosi yang konsisten dengan peran gender, yaitu pria cenderung mengekspresikan emosi yang lebih kuat seperti "kemarahan" dan memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap emosi yang ditampilkan. Dan kerentanan, seperti kesedihan dan rasa malu (Zeman dan Garber, 1996; MacArthur dan Shields, 2015).

Anne Kreamer penulis `It's Always Personal: Emotion in the New Workplace` menemukan, pria dan wanita dengan jabatan apapun mengangis karena pekerjaannya. Dari data tersebut menunjukan bahwa terdapat 41% wanita dan 9% pria yang menangis karena pekerjaannya. Yang berarti ya.. sebagian laki-laki juga menangis di tempat mereka bekerja.

Menariknya, Anne juga mengatakan bahwa perempuan merasa terlihat buruk sesudah menangis di tempat kerja. Sedangkan pria akan merasa lebih baik setelah mereka menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun