Sebagai generasi muda sebagai penerus bangsa sudah sepantasnya memiliki sikap bela negara yang tertanam pada dirinya. Sikap bela negara sendiri tidak selalu diartikan sebagai pasukan perang dalam mempertahankan wilayah, mencintai budaya dalam negeri juga salah satu upaya dalam mengimplementasikan nilai bela negara dalam kehidupan sehari-hari, yaitu cinta tanah air. Saat ini mengimplementasikan sikap cinta tanah air bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan produk budaya untuk kegiatan sehari-hari. Sebagai generasi muda sudah seharusnya menjadi pelopor budaya dalam membangkitkan semangat nasionalisme di era digital.
Adapun aplikasi TikTok bisa difungsikan untuk menyelenggarakan aksi cinta tanah air di media sosial. Aplikasi ini dipilih karena mempunyai dampak yang besar dalam menyebarluaskan pesan melalui video singkat, hal ini dibuktikan dari TIKTOK AD REACH RANKING yang dikeluarkan oleh (We Are Social, 2024), menyebutkan bahwa negara Indonesia merupakan negara dengan pengguna aktif kedua setelah Amerika Serikat sebanyak 126,831,500 pengguna pada Januari 2024. Dari data tersebut dapat dimanfaatkan oleh generasi muda untuk menunjukan jiwa nasionalisme mereka melalui konten video singkat, yang bertujuan mempengaruhi audiens untuk melestarikan budaya Indonesia.
Seperti yang dilakukan oleh Alifia Hidayanti, seorang influencer dari kota Semarang dan merupakan lulusan dari Yogyakarta Multimedia Collage (MMTC) yang menggemari pakaian model lama. Namanya menjadi besar karena personal bandingnya di TikTok melalui konten videonya menggunakan kebaya sebagai pakaian sehari-harinya, dimana konten tersebut diunggah di akun pribadinya @rumroijen dengan pengikutnya sebanyak 78,3 ribu pada Desember 2024. Konsistensi Alifia Hidayanti dalam membuat konten yang bertujuan untuk memperkenalkan kebaya kepada para pengikutnya merupakan hal yang unik, dan berbeda dari generasi muda seusianya. Hal itulah yang membuat banyak orang menyukai kontennya, sehingga konten videonya sering masuk For Your Page (FYP) di TikTok. Viralitas konten video Alifia Hidayanti bukan hanya dari kualitas videonya yang bagus, tetapi juga cara pembawaan Alifia yang ditonjolkan dari konten tersebut. Oleh karena itu konten TikTok Alifia Hidyanti selaras dengan tujuan penulis membuat artikel ini, yaitu memberikan contoh nyata generasi muda yang mengimplementasikan nilai bela negara yaitu cinta tanah air.
Kebaya Sebagai Representasi Budaya Indonesia.
Konten video Alifia menggunakan kebaya menunjukkan rasa kebanggan terhadap budaya dalam negeri. Dimana aksi ini menjadi pelopor dalam pelestarian budaya Indonesia, dan menghidupkan kembali kebaya di tengah modernitas. Hal ini karena kebaya selalu dianggap sebagai pakaian formal dan kuno, sehingga tidak relevan sebagai pakaian sehari-hari. Melalui videonya, Alifia mengajak audiens untuk menghilangkan stigma buruk mengenai kebaya, dan mulai menggunakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari yang dijadikan sebagai simbol keberlanjutan budaya Indonesia. Oleh karena itu, video TikTok Alifia menjadi bukti bahwa Alifia telah berkontribusi dalam menjaga identitas bangsa di tengah globalisasi, dan hal ini termasuk wujud nyata bela negara dalam bidang budaya.
Pengaruh Fenomena Berkebaya Dalam Konteks Komunikasi Massa.
Pengaruh konten berkebaya oleh Alifia Hidayanti menjadi sebuah fenomena baru di media sosial. Ini terjadi disebabkan oleh paparan media yang disajikan sehingga mempengaruhi pandangan, sikap, dan perilaku audiens yang selaras dengan teori efek komunikasi massa.
Seperti teori agenda setting yang dijadikan alat dalam mengangkat isu berkebaya menjadi sebuah fenomena yang baru. Adapun pengertian dari teori agenda setting menurut Efendi, Taufiqurrohman, Supriadi, dan Kuswananda (2023) yaitu media dapat mempengaruhi masyarakat dalam menanggapi isu tertentu, jika media memberikan tekanan atau memberikan sudut pandang pada suatu peristiwa, maka media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Ketika konten berkebaya Alifia menjadi sorotan, media membantu menjadikannya sebagai isu yang relevan di tengah masyarakat, pada konteks ini fitur For Your Page menjadi alat untuk munculnya media agenda. Karena viralitas video tersebut, membuat public agenda muncul yaitu masyarakat mulai membicarakan kebaya, membahas pentingnya pelestarian budaya, hingga mempertanyakan apakah kebaya masih relevan di era modern. Kemudian dari aksi ini muncul policy agenda yang dibalut dalam gerakan pemerintah untuk mencintai produk dalam negeri.
Selanjutnya viralitas video berkebaya dibuktikan dari kemunculan yang teratur di For Your Page TikTok membuat audiens seringkali melihat video tersebut, dimana paparan media yang terus berulang akan membentuk persepsi dan keyakinan individu mengenai realitas sosial. Adapun teori kultivasi sendiri menurut Gerbner (1973) menyebutkan bahwa kultivasi muncul sebagai alternatif penting untuk metode penelitian efek media yang sebelumnya dominan, yang biasanya berfokus pada perubahan sikap atau perilaku. Perubahan sikap atau perilaku ini berdasarkan pada gagasan bahwa sebagian besar penonton menonton program yang sama, pada waktu yang bersamaan (Hermann, Morgan, & Shanahan, 2023). Dampak viralitas fenomena ini dibuktikan dengan hastag #berkebaya di TikTok yang menampilkan banyaknya perempuan sudah menggunakan kebaya untuk kegiatannya sehari-hari, yang disesuaikan dengan gaya penampilannya sendiri. Oleh karena itu dengan kemunculan fenomena ini, masyarakat akan mulai menghilangkan stigma kebaya merupakan pakaian formal dan kuno, lalu menggantikannya sebagai pakaian yang cantik untuk dipakai sehari-hari.
Kemudian penyampaian informasi secara visual dengan bahasa yang mudah dipahami, membuat konten video Alifia disukai oleh para penggemarnya. Inovasi penyampaian informasi ini ada kaitannya dengan teori difusi inovasi. Teori difusi inovasi sendiri dikemukakan oleh Everett M. Rogers yang membahas mengenai difusi merupakan tahapan dari sebuah inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu diantara anggota sistem sosial (Kartikawati, 2018). Aksi Alifia dengan menggunakan kebaya secara konsisten dianggap sebagai inovasi sosial, karena Alifia dapat membawa stigma yang baru yaitu kebaya sebagai pakaian sehari-hari, bukan hanya pakaian formal. Melalui media sosial, gagasan ini disebarkan kepada berbagai kalangan khususnya generasi muda, dan menginspirasi masyarakat untuk melakukan hal serupa atau setidaknya menghargai kebaya sebagai bagian dari identitas nasional.
Sebagai pelopor budaya yang muncul di tengah era modernitas, tentunya terdapat sebagian masyarakat menganggap fenomena ini sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak relevan untuk saat ini, namun mayoritas masyarakat menganggap aksi ini merupakan tindakan yang berani dan perlu diapresiasi. Adapun kritikan yang muncul selaras dengan teori spiral of silence, yaitu sebuah teori yang dikemukakan oleh Elizabeth Noelle Neumann (1993:202) yang menyatakan bahwa individu memiliki organ indra yang hampir identik dengan statistik yang dimanfaatkan untuk menentukan opini dan cara perilaku yang diterima atau ditolak oleh lingkungan mereka, serta "opini dan bentuk perilaku mana yang memperoleh atau kehilangan kekuatan" (Duku, 2014). Dalam hal ini masyarakat yang mendukung aksi Alifia cenderung lebih vokal di media sosial, dibandingkan dengan masyarakat yang tidak setuju memilih untuk diam karena tidak mau dianggap tidak nasionalis.
Keputusan Alifia Hidayanti menggunakan kebaya sebagai pakaian sehari-hari merupakan sebuah perwujudan cinta tanah air, dan turut berkontribusi terhadap pelestarian budaya Indonesia. Dalam menyebarkan aksinya, teori efek komunikasi massa berkontribusi penuh dalam menyebarluaskan dan mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk mencintai warisan leluhur melalui aplikasi TikTok. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa nilai bela negara tidak cukup melalui pidato atau upacara saja, melainkan wajib dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan konsisten, seperti fenomena berkebaya oleh Alifia Hidayanti.