Mohon tunggu...
MUHAMMAD WAFI
MUHAMMAD WAFI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang Program studi Pendidikan IPS

Haloo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS UM Meneliti Penyebab Terjadinya Banjir di Dusun Rowotrate Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang

11 Mei 2024   17:12 Diperbarui: 11 Mei 2024   17:51 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Pendidikan IPS UM Angkatan 2023

Pada Rabu, 01 Mei 2024, sebanyak 39 Mahasiswa Program studi Pendidikan IPS FIS UM Angkatan 2023 melakukan KKL mata kuliah Geografi manusia di Dusun Rowotrate Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Kegiatan ini dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah Geografi manusia bapak Agung Suprianto M.pd. dan Kegiatan ini mahasiswa mendapatkan tugas untuk melakukan penelitian di Dusun Rowotrate. 

KKL ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya dalam ilmu Pendidikan IPS yang dimana untuk melatih jiwa sosial setiap mahasiswa melalui kegiatan observasi (pengamatan langsung) dan diskusi serta wawancara dengan pihak Kepala dusun, lembaga dan masyarakat sekitar. Tak hanya itu, tujuan dari kkl ini juga menganut Visi Misi dari Prodi Pendidikan IPS sendiri yaitu melaksanakan penelitian dalam bidang pendidikan IPS yang berorientasi pada kesejahteraan Masyarakat.

Mahasiswa Pendidikan IPS membagi 4 kelompok yang nantinya berpencar ke semua rumah warga agar nantinya mendapatkan informasi secara detail, sebelum semua kelompok berkeliling ke rumah warga, mahasiswa Pendidikan IPS dipandu Bapak Agung ke rumah Kepala dusun Rowotrate yang bernama Mas Andre yang dimana beliau juga menjadi saksi terjadinya banjir tahun 2003 dan 2023.

Wawancara dengan Mas andre pada Rabu (1/5/2024)
Wawancara dengan Mas andre pada Rabu (1/5/2024)

 "Waktu itu Banjir di 2013 menelan korban jiwa 1 anak kecil dan 1 seorang ibu ibu korban tersebut hanyut bersama rumah banjir itu sampe membuat Balai dusun, SD, dan rumah rumah warga banyak yang roboh tak tersisa sehingga banjir itu menjadi banjir terbesar di dusun rowotrate, dulu sempat mau di relokasi semua penduduk untuk dipindahkan namun tidak ada yang mau karna mata pencahariannya sudah disini dan banyak aset yang akan hilang jika penduduk sini pindah jadi penduduk Rowotrate hanya bisa menerima jika terjadi banjir lagi, akan tetapi berbanding terbalik ke remaja remaja yang usianya produktif ia lebih memilih migrasi ke daerah lain karena sudah tidak nyaman dengan kondisi tersebut", ungkap Mas Andre waktu kami wawancarai. Selepas mewawancarai Mas Andre kami ditugasi untuk berpencar melakukan observasi dan wawancara di Dusun Rowotrate.

Setelah itu semua kelompok berpencar untuk mendapatkan informasi sebanyak banyaknya, kala itu Pak Yudi sedang istirahat di kebun dan kelompok kami pun inisiatif mewawancarai Pak Yudi yang dulunya beliau pernah bekerja di BPBD. Pak Yudi menjelaskan

Wawancara dengan Pak Yudi pada Rabu (1/5/2024)
Wawancara dengan Pak Yudi pada Rabu (1/5/2024)
"Banjir di Dusun Rowotrate ini itu banjir kiriman dari 3 kecamatan di atas yaitu dari Kecamatan gedangan, Sumbermanjing Wetan dan Dampit Rowotrate ini tempat pembuangan air banjir, jika di Rowotrate gak hujan tetapi di 3 kecamatan itu hujan deras maka di Rowotrate akan kena banjir untung saja BPBD membuat solusi dengan adanya alat  EWS (Early Warning System) karna alat ini untuk mendeteksi akan terjadi banjir jadi bisa membantu pennduduk Rowotrate untuk siap siap sebelum adanya banjir  karna sebelum ada alat itu dulu pernah motor penduduk Rowotrate ini mengalami mati total terkena air banjir hingga mencapai 2 truk untuk diangkut ke bengkel tak hanya itu,pernah hasil panen dan ternak warga sini terbawa derasnya air banjir hingga tak tersisa." Hasil Wawancara dari Pak Yudi.

Nah, Setelah itu  kelompok kami inisiatif untuk  mencari narasumber lagi agar informasi yang didapat lebih luas dan lengkap. sehingga kelompok kami mewawancarai Bu Siti yang seorang ibu ibu rumah tangga beliau menjelaskan 

Wawancara dengan Bu Siti pada Rabu (1/5/2024)
Wawancara dengan Bu Siti pada Rabu (1/5/2024)

"Bahwa banjir itu paling parah tingginya mencapai kurang lebih 2 M dan pernah waktu itu Banjir mencapai 12 kali dalam 1 bulan walaupun hanya sebatas lutut orang dewasa, untungnya banjir itu cepat surut tergantung dari pasang surut air laut tapi waktu itu masyarakat setempat sudah mempunyai tempat untuk menyimpan barang barang berharga yang dinamakan pengungsen tak hanya itu, Pengungsen juga bisa ditempati oleh manusia karena pengungsen hanya sebatas papan kayu yang berada di atap atap rumah, maka dari itu hampir semua rumah mempunyai Pengungsen, Berbeda dari Plenggrongan yang disetiap rumah belum tentu ada karena plenggrongan ini memiliki ruang lebih besar dan lebih kokoh, Plenggrongan ini juga menyatu dengan rumah seperti Lantai ke 2 karena fungsinya untuk menempatkan kendaraan agar lebih aman dari banjir." Hasil wawancara dari Bu Siti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun