Mohon tunggu...
MUHAMMAD UMAR GHALIB
MUHAMMAD UMAR GHALIB Mohon Tunggu... Mahasiswa

Perkenalkan nama saya Muhammad Umar Ghalib, saya merupakan mahasiswa Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Phylum: Kunci Menguak Jejak Kehidupan Purba

30 April 2025   15:00 Diperbarui: 30 April 2025   17:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia biologi, makhluk hidup diklasifikasikan berdasarkan taksonomi yang kompleks, salah satunya adalah tingkatan phylum. Phylum atau filum merupakan salah satu kategori utama dalam sistem klasifikasi makhluk hidup, yang mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan ciri struktural dan fungsional utama. Dalam konteks paleontologi, pemahaman terhadap phylum menjadi sangat krusial karena membantu ilmuwan mengidentifikasi dan menelusuri garis keturunan organisme purba melalui catatan fosil. Topik ini penting dibahas karena melalui pemahaman tentang phylum, kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan berkembang, beradaptasi, dan berevolusi di muka Bumi selama jutaan tahun.


Salah satu contoh phylum yang penting dalam kajian paleontologi adalah Brachiopoda. Brachiopoda merupakan hewan laut bertubuh lunak yang dilindungi oleh dua cangkang, mirip dengan kerang, tetapi memiliki simetri dorsal-ventral, bukan lateral seperti moluska. Fosil brachiopoda sangat melimpah dalam catatan geologi, terutama dari era Paleozoikum, dan sering digunakan sebagai fosil indeks karena penyebarannya yang luas dan perubahan bentuknya yang cepat dari waktu ke waktu.

Phylum Brachiopoda memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari phylum lain. Ciri utama adalah struktur cangkangnya dan keberadaan struktur yang disebut lophophore, organ seperti tentakel yang digunakan untuk menyaring makanan dari air. Salah satu contoh genus terkenal dari brachiopoda adalah Lingula, yang menarik karena spesiesnya masih ada hingga kini dan sering disebut sebagai "fosil hidup". Keberadaan fosil brachiopoda membantu para paleontolog dalam memetakan perubahan lingkungan purba, seperti perubahan kedalaman laut, suhu, dan kandungan oksigen, karena brachiopoda sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Lebih dari sekadar artefak masa lalu, fosil brachiopoda berkontribusi besar terhadap pemahaman kita tentang pola evolusi dan kepunahan. Ketika kita melihat keragaman phylum ini berkurang drastis setelah peristiwa kepunahan massal di akhir Permian, hal itu memberi kita petunjuk berharga tentang dampak perubahan iklim global dan bencana alam terhadap kehidupan di Bumi. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa meskipun suatu phylum bisa sangat dominan pada satu masa, keberlanjutannya tetap bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi terhadap kondisi yang berubah.

Sebagai mahasiswa, saya meyakini bahwa memahami phylum bukan hanya soal hafalan klasifikasi, tetapi juga membuka jendela untuk memahami bagaimana kehidupan berevolusi. Tantangan terbesar dalam identifikasi fosil berdasarkan phylum adalah keterbatasan data morfologis dari fosil yang sudah mengalami pelapukan atau deformasi. Metode klasifikasi modern perlu terus dikembangkan dengan bantuan teknologi, seperti CT-scan dan analisis molekuler pada fosil organik yang masih terjaga, untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat tentang keragaman hayati purba.

Saya juga percaya bahwa dengan memahami phylum secara lebih mendalam, kita bisa mengapresiasi keanekaragaman hayati saat ini dan menjaga kelestariannya. Ilmu tentang klasifikasi dan evolusi ini tidak hanya penting dalam ruang akademik, tetapi juga dalam menyusun strategi konservasi yang berkelanjutan.

Dalam konteks paleontologi, phylum merupakan fondasi penting untuk memahami sejarah kehidupan dan perubahannya di masa lampau. Melalui pendekatan taksonomi, kita dapat menyusun potongan-potongan sejarah Bumi dari fragmen fosil yang ditemukan. Sebagai mahasiswa, saya merasa penting untuk terus belajar dan menggali informasi dari catatan fosil, karena dari sanalah kita bisa memahami dinamika kehidupan dan mengambil pelajaran untuk keberlanjutan lingkungan masa kini dan masa depan. Dengan mempelajari masa lalu, kita diberi kesempatan untuk merancang masa depan yang lebih bijaksana dan terancang untuk masa depan yang lebih cerah dengan mengetahui tentap apa itu masa lampau. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun