Alquran sebagai sebuah teks suci keagamaan tentunya tidak bisa terlepas dari aktifitas penelitian yang tidak hanya dilakukan oleh umat muslim semata, namun juga dilakukan oleh orang-orang orientalis yang tidak memiliki kepercayaan tentang Alquran sebagai kitab suci.
Dalam sejarahnya, banyak tokoh orientalis yang menjadikan Alquran sebagai objek penelitian, sebut saja seperti Christoph Luxenberg (Ephraem Malki) yang mengkaji tentang sejarah dan ambiguitas kebahasaan dalam Alquran, William Muir yang mengkaji tentang kronologi Alquran, Ignaz Goldziher yang mengkaji tentang aliran-aliran penafsiran dan qiraat Alquran, serta yang terkahir Toshihiko Izutsu yang meneliti tentang etika dan semantik dalam Alquran.
Sebagai seorang orientalis yang memiliki ketertarikan terhadap kajian Alquran, Toshihiko Izutsu pada akhirnya memilih kajian semantik Alquran sebagai fokus kajiannya. Teori semantik yang dikembangkan Izutsu bertujuan untuk mengetahui pemaknaan komprehensif dalam sebuah kata setelah melalui beberapa tahapan, seperti mengetahui makna dasar dan makna relasional; mengetahui makna sinkronik dan diakronik; hingga pada akhirnya mampu menyimpulkan weltanschauung (worldview) dari salah satu kata dalam Alquran yang dikaji. dalam tulisan ini, salah satu kata atau istilah yang sepertinya menarik untuk dikupas lewat teori semantik Izutsu adalah kata ‘asr, yang pada umumnya diterjemahkan sebagai “waktu”
Menurut Quraish Shihab (2002:497), kata ‘aṣr secara umum diartikan sebagai waktu. Melalui kata ini, Allah bersumpah bahwa manusia akan mencapai atau menerima hasil setelah dirinya sepanjang waktu memeras tenaganya. Sementara itu, menurut Syekh Mutawalli al-Sya’rawi (2008:520), makna ‘aṣr diartikan sebagai sebuah ibadah yang dikhususkan pada suatu waktu.
Adapun makna lainnya adalah pembagian waktu yang terletak setelah zhuhur dan sebelum maghrib. Selain itu, kata ‘asr tidak hanya diartikan sebagai waktu tertentu antara zhuhur dan maghrib, namun juga diartikan sebagai suatu waktu yang meliputi siang secara menyeluruh atau waktu yang meliputi malam secara menyeluruh.
a. Mengetahui Makna Dasar
Secara ringkas, makna dasar merupakan makna yang dihubungkan dengan suatu kata di mana saja kata tersebut terpakai. Kaitannya dengan kata ‘asr, dalam kitab al-Tafsir Bayani lil Qur’an al-Karim, Dr. ‘Aisyah Abdurrahman (1968:75) berpendapat bahwa kata al-‘asr merupakan turunan dari kata عصر yang memiliki makna ستخلاص العصارة الضغط لا yang berarti “ kegiatan memberikan tekanan (memeras) guna mendapatkan sari buah yang murni”. Dalam masyarakat Arab, kata عصر biasanya digunakan untuk menyebut kegiatan memeras sari buah, seperti buah anggur, kurma, apel, dan lain sebagainya.
b. Makna Relasional
Makna relasional dalam teori Toshihiko Izutsu dapat digali melalui dua bentuk analisis yakni, analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik. Analisis sintagmatik adalah analisis yang menentukan makna suatu kata dengan cara memperhatikan kata-kata di depan dan dibelakang kata yang dibahas, Adapun analisis paradigmatik adalah jenis analisis yang mengkomparasikan dengan konsep atau kata lain yang bertentangan. (Fahriana, 2019).
1.Analisis Sintagmatik
Kata عصر dalam Alquran disebutkan sebanyak lima kali, dengan berbagai derivasi nya dari fiil mudhari’, fi’il madhi, isim. Bentuk penafsiran dari derivasi makna عصر ditafsirkan sesuai dengan konteks ayat tersebut sehingga bisa menimbulkan beberapa makna baru. Berdasarkan analisis yang ada diketahui bahwa kata عصر diiringi dengan beberapa kata berbeda, di antaranya khamr, api, air, awan, kerugian.