Mohon tunggu...
Muhammad Toha
Muhammad Toha Mohon Tunggu... profesional -

Seorang kuli biasa. Lahir di Banyuwangi, menyelesaikan sekolah di Bima, Kuliah di Makassar, lalu jadi kuli di salah satu perusahaan pertambangan di Sorowako. Saat ini menetap dan hidup bahagia di Serpong--dan masih tetap menjadi kuli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terbuat Dari Apakah Hati Airin Rachmi Diany?

13 April 2014   19:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13973682451950541344

[caption id="attachment_319817" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: http://www.idberitaterbaru.com"][/caption]

Oleh: Muhammad Toha

Jika syarat menjadi pejabat publik semisal Walikota, kita mestibisa menyembunyikan mimik dan suasana hati tatkala berhadapan di depan publik , maka bagi saya sungguh berat nian menjadi pejabat publik itu. Di kala sedang sedih, gelisah, takut atau bahkan menangih, namun mulut, wajah dan bahasa tubuh kita diharuskan untuk tetap tersenyum dan berbagi kegembiraan; maka menurut saya jika dia bukan seorang aktor ulung, berarti dia mempunyai mental sekuat baja.

****

Karena agak kurang bergaul, saya nyaris tidak “ngeh” kalau perempuan berkerudung putih dan perparas ayu itu adalah Walikota Tangerang Selatan, Airin Rahmi Diany. Pakaian dan kerudung putih sederhana yang dikenakannya, tidak bisa menyembuyikan raut anggun wanita yang pernah menjadi finalis Putri Kecantikan itu. Pantas saja, kedatangannya diiringi oleh sejumlah orang, dan disambut meriah.Dengan menebar senyum, Airin menuju tempat acara didampingi seorang pria tua yang juga berpakaian serba putih.

Setelah hampir 2 tahun menjadi warga Tangerang Selatan, barulah di acara Safari Sabtu Subuh di Serpong inilah, saya “mudeng” kalo perempuan yang tadi disambut meriah adalah Walikota saya.

Sejujurnya, saya selama ini lebih mengenal sosok Airin sebagai suami dari Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan, atau sebagai Ipar dari Ratu Atut yang saat ini ditahan KPK karena kasus suap dan korupsi, ketimbang prestasi atau kinerjanya sebagai walikota. Paling banter yang saya tau, Airin pernah menjadi salah satu finalis Putri Kecantikan, yang membuat wajahnya cukup layak jika dipajang di sejumlah brosur, spanduk dan papan iklan di seantero Tangerang Selatan.

Saya semula beranggapan, jabatan walikota yang disandangnya—kendati Airin terpilih sebagai Walikota dalam Pilkada yang demokratis—tidak terlepas dari kekuatan politik dinasti yang memang mengakar kuat di Propinsi Banten.

Nah, ketika giliran Airin berdiri di podium untuk menyampaikan kata sambutan sebagai walikota, nyaris saya tidak bergeming untuk melihat dan menyimak kalimat yang diucapkannya. Berjarak hanya beberapa meter, nyaris saya tidak melihat gurat kesedihan di wajahnya, kendati saat ini Airin didera oleh masalah yang berat. Kata dan kalimat yang disampaikan tanpa teks itu, disampaikan tanpa jeda dan lempeng. Pesan yang disampaikannya kepada jamaah sholat subuh hari itu, sungguh berbobot dan sarat dengan pesan kebaikan.

Namun pada titik inilah saya nyaris tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya Airin memoles mimik wajah dan intonasi suara ketika berhadapan dengan masyarakatnya, untuk menyembunyikan masalah yang saat ini dihadapinya. Saya yakin, tak satupun jamaah dalam acara subuh itu yang tidak tahu bagaimana sepak terjang Wawan yang disangka melakukan korupsi dan suap, juga sangkaan atas kedekatan Wawan dengan sejumlah wanita dan artis cantik.

Bagi saya, sulit rasanya untuk tetap ceria dan tersenyum bahagia, tatkala orang-orang di hadapan kita telah akrab dengan aib kita. Namun, Airin melakukannya dengan sangat sempurna. Di podium itu, dia bukan cuma terlihat cantik, tapi juga cerdas, dan nyaris seperti tidak sedang didera masalah berat.

Saya pun menyakini pidato yang disampaikan Airin subuh itu, sebagai komitmen tulus Airin untuk mewujudkan Kota Tangerang Selatan sebagai kota yang cerdas, modern dan relijius. Saya pun tak keberatan untuk mengamini dan mendukung komoitmen itu. Namun, selintas mengingat wajah Wawan, sayalangsung berfikir; sungguh paradoks kenyataan ini, sebab komitmen itu kini justru terkhianati dan dinodai sendiri oleh sang suami.

Airin memang akan tetap menjadi walikota Tangsel hingga akhir periodenya tahun 2016 nanti. Dan saya pun sebagai warganya akan tetap menghormati dan mendukungnya sebagai Walikota. Namun, saya sulit membayangkan bagaimana beratnya tugas Airin hingga akhir periode, dengan menanggung beban sebagai suami Wawan.

Di akhir kata sambutannya, Airin melempar senyum kepada khadirin sebelum meninggalkan podium. Pada moment itu, saya sempat mengabadikan senyum itu; senyumnya sungguh manis! Dan menurut saya, senyuman itu lebih manis dan anggun dibanding senyuman ala Jenifer Dunn atau Rebecca Reijman—2 diantara 7 perempuan yang disebut-sebut dekat dengan Wawan.

Airin, jika engkau bukan seorang aktor/aktis ulung, saya yakin mentalmu terbuat dari baja. Tetapi baja itu bersemayam di sosok wanita cantik yang selalu tersenyum di setiap kesempatan, kendati hatimu mungkin menangis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun