Mohon tunggu...
Muhammad Taufik
Muhammad Taufik Mohon Tunggu... -

berpisah kita berjuang, bersatu kita memukul

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Efek Substitusi dalam Sistem Transportasi Metropolitan

2 Desember 2010   12:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:05 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek substitusi dalam sistem transportasi metropolitan

oleh Muhammad Taufik

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Beberapa minggu lalu Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengumumkan untuk mencapai target penjualan kendaraan roda empat lebih dari enam ratus ribu unit dalam periode 2010. Target yang melebihi dari target tahun sebelumnya yang hanya sekitar empat ratus ribu unit. Sebagian masyarakat mungkin akan menilai bahwa ini adalah prestasi yang baik dan mampu dikembangkan. Bahkan sebagian masyarakat mendukung target tersebut dengan terus membeli kendaraan yang sudah over-quota dalam rasio penyediaan jalan raya dan bebas hambatan.

Kendaraan bermotor sebagai alat transportasi merupakan suatu moda transportasi yang biasa digunakan oleh masyarakat sebagai pelaku ekonomi. Namun alat transportasi tidaklah hanya berpangku pada kendaraan bermotor dengan berbagai kelebihan. Terdapat dua jenis kendaraan bermotor yaitu kendaraan umum dan pribadi, yang digunakan oleh masyarakat metropolitan dan kaum urban di JABODETABEK. Jutaan manusia bisa terangkut oleh juga jutaan kendaraan yang beroperasi untuk mendukung aktifitas para pelaku ekonomi. Mulai dari guru sd yang harus menempuh jarak antar kotamadya dengan kendaraan umum hingga para eksekutif perusahaan yang biasa bertengger diatas mobil super premium. Mungkin sama-sama menunggangi kendaraan bermotor tetapi terdapat perbedaan yang mencolok, eksekutif rileks diatas mobil mewah dan sang guru harus rela untuk berdesak-desakan berada dikendaraan umum sebagai moda transportasi yang biasa digunakan.

Produksi kendaraan terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini menyebabkan over-supply kendaraan dalam jangka panjang. Pada tahun 2010, produksi kendaraan naik 26,43% seiring dengan besarnya permintaan terhadap kendaraan belakangan ini. Masyarakat mulai beralih untuk dapat menggunakan kendaraan bermotor terutama untuk segmen kendaraan pribadi seperti motor ataupun mobil. Perusahaan semakin giat mengkampanyekan produk mereka sehingga masyarakat semakin ingin untuk mendapatkan kendaraan yang dahulu mungkin adalah barang mewah yang kini bergeser menjadi barang inferior, karena jumlah barang yang semakin banyak juga harga yang relatif rendah. Kelebihan jumlah kendaraan ini menyebabkan besarnya tuntutan akan infrastruktur dan efek langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan sosial dan lingkungan alam.

Jika jumlah kendaraan pribadi terus bertambah setiap tahunnya maka yang terjadi adalah kiamat bagi barang substitutifnya. Kendaraan pribadi memiliki efek substitutif dengan kendaraan umum, kendaraan manual juga transportasi darat lainnya beserta barang komplementer dari ‘musuh’ kendaraan pribadi ini. Kendaraan umum yang bertahan pada kelas menengah kebawah dahulu hampir digunakan lebih dari lima puluh persen pengguna transportasi di jabodetabek. Mereka biasa menggunakan, angkutan kota, kereta dan bus kota untuk membawa mereka kemanapun. Namun hal itu kini telah bergeser , kini semua orang telah memiliki kendaraan pribadi, minimal sepeda motor, hal itu ditunjukkan dari jumlah penduduk DKI Jakarta pada febuari 2010 yang mencapai Sembilan juta dan jumlah sepeda motor di DKI Jakarta berjumlah lebih dari delapan juta unit. Bayangkan, ini berarti hampir setiap penduduk yang terdaftar di Jakarta memiliki sepeda motor sebagai alat transportasi yang digunakan. Kemudian jika saja setiap pengguna motor menggunakannya hanya 0.5 liter per hari, maka sekitar empat juta liter bensin per hari akan terbuang sia-sia hanya untuk ketamakan manusia seperti ini. Pola konsumsi seperti inilah yang setidaknya harus kita benahi. Masyarakat harus lebih bijak dalam mengambil keputusan dalam berkonsumsi.

Angkutan umum siap dimuseumkan

Angkutan umum memiliki efek negatif dari adanya pertumbuhan kendaraan pribadi di wilayah Jabodetabek. Mungkin karena sifat dari barang substitutif itulah maka kendaraan umum akan menemui ajalnya sejak pertumbuhankendaraan pribadi. Lalu kapan kendaraan umum akan mati? Jika jumlah kendaraan pribadi telah melebihi kapasitas kendaraan umum seperti angkutan kota, bus dan semi-pribadi seperti ojek, becak dan bemo. Yang terjadi ditahun-tahun kedepan adalah menurunnya pendapatan angkutan umum. Hal ini disebabkan karena angkutan pribadi lebih favorable dibanding angkutan umum, yaitu karena biaya, ketepatan waktu dan fleksibilitas kendaraan. Banyak angkutan umum yang akan ‘gulung tikar’ tercermin dari berbagai penyebab diantaranya angkutan kota semakin sepi penumpang.

Kebijakan pemerintah pusat dan daerah sebagai pembendung dari arus negatif kesalahan visi pembangunan. Pembangunan yang sejatinya semakin membawa kesejahteraan namun kini hanya tinggal hisapan jempol belaka karena telah jauh dari keinginan semua pihak untuk sejahtera secara bersama. Jika hal ini terjadi, yang hanya muncul adalah berbagai aliran uang yang semakin deras kepada perusahaan otomotif yang notabenenya adalah kepemilikan asing. Perlu adanya Pull strategy pemerintah untuk terus berada dibawah naungan masyarakat kelas bawah. Pull strategy itu bisa dilakukan dengan membenahi sistem dan pelayanan transportasi umum. Bayangkan jika kita memiliki MRT seperti di Singapura, secara otomatislah masyarakat akan lebih menyukai moda transportasi masa seperti ini tentunya dengan kenyamanan, ketepatan dan keamanan yang lebih. Tidak adalagi asap kendaraan bermotor yang berkontribusi lebih dari tujuh puluh persen polusi di Jakarta dan sekitarnya.

HIDUP INDAH PENUH WARNA HANYA ADA DI JAKARTA

THE BRAND NEW OF JAKARTA

- CITY OF HAPPINESS -

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun