Mohon tunggu...
eMtE
eMtE Mohon Tunggu... serabutan -

kesaksian adalah testimoni akhir yang perlu didengar. agar kita bijak menekuri realitas. belajar dari kesalahan masa lalu. walau kesaksian tidak selalu benar dalam perspektifnya. kata para bijak, "those who can not remember the past are condemned to repeat it!". - salam twitter@emteaedhir -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dialog Politik dengan Seorang Andrinof Chaniago

14 Agustus 2014   23:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:31 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

saya beruntung memjadi kawan fesbuker prof,dr.andrinof chaniago, seorang akademisi yang saya tahu punya komitmen pada pembangunan visi politik yang memihak pada kepentingan rakyat. karena itu, dengan kekaguman saya, dan untuk membangun civic education di kalangan kita semua, saya ingin kutipkan debat fesbuker saya dengan beliau. perdebatan ini masih terus berlangsung, jadi kemungkinan jika semakin menarik dan bisa membuat kita semua memberikan sumbangsih pemikiran, akan saya tambahkan kembali dalam postingan ini. saya tidak mengedit peredebatan itu, untuk memberikan ruang orisinalitas bagi kepentingan semua orang yang tertarik untuk nimbrung. kita mesti belajar dari beliau, dan karena itu saya posting perdebatan tersebut untuk menambah perspektif kita tentang bagaimana kita mesti melihat bangsa dan negeri ini. Andrinof Chaniago Full Yesterday at 2:47am · Tadinya saya memaklumi sikap dan gaya bicara Novela Nawipa terhadap Majelis Hakim MK yg sangat terhormat dan dimuliakan. Tetapi, setelah tahu dia ternyata bukan orang kampung, tapi sangat familiar dg Kota Jakarta, seorang sarjana ilmu politik dan Ketua DPC partai di kabupaten "X", sungguh, ini perbuatan yg memprihatinkan. tanggapan saya: Emte Aedirkita mestinya bangga bahwa ada anak papua, lebih tepatnya gadis papua yg mampu mengartikulasikan pemikiran pandangannya jauh lebih baik dari banyak akademisi dan pentolan intelektual indonesia. tidak ada yang salah dengan latar belakang seorang novela ketika memberikan kesaksian di hadapan para hakim mk. yang justeru perlu dipertanyakan adalah kredibilitas para politisi dan akademisi yg cenderung menjilat ucapannya sendiri. kalau dalam teks dan praktek politik, novela bisa jadi adalah surrogate prabowo atau gerindra. tak ada bedanya jika saya bilang anies atau prof.chaniago adalah surrogate jokowi sehingga semua jadi sah untuk mengkontes pandangan mereka semua di pentas politik tanah air. sekarang, tinggal bagaimana para lawyer masing-masing kubu mekakukan cross-examination terhadap kesaksian novela. apakah kubu tergugat mau dan mampu mengekspose isu kredibilitas saksinya atau tidak. saya kira itu yg mestinya menjadi perhatian kita. bukan malah memprihatinkan latar belakang yg bersangkutan sementara kita tahu dalam hati bagaimana latar belakang pilihan kita sendiri sehingga masing-masing mati-matian tanpa rasa malu dan risih membela calon presiden favoritnya. oleh karenanya, jangan karena kita berada di kubu satu sehingga menstigma figur kubu lainnya tanpa mampu membuka di mana sebenarnya letak persoalan yg bersangkutan secara proper dan benar. kalo kita punya keberatan lakukan cross examination, toh itu hak konsitusi yg dijamin oleh hukum demokrasi manapun. Salam nusantara. Andrinof Chaniago Full Renungkan ini: Logika alat untuk melihat kualitas kebenaran dengan mencari hubungan sebab-akibat yg logis. Etika untuk melihat kepatutan, atau baik-buruknya ucapan dan perbuatan. Itulah yg harus dijadikan ukuran untuk mengendalikan diri dimanapun berada dan untuk menilai pihak lain Emte Aedhir: Pak chaniago yg baik. Dalam urusan politik seperti ini terlalu berat untuk mendebatnya secara puritan sbg persoalan relasi sebab akibat yg logis. Karena jika pendukung prabowa atau surrogate prabowo ingin menyatakan hal logis yg sama, anda juga akan sulit membantahnya. Dalam takaran yg lebih ideal lagi, saya bisa katakan bahwa jika anda punya persoalan dgnbyh berzangkutan, kill tje message but not the messenger. Agama bilangg? Unzuir maa qaala, wa laa tanzur man qaala. Lihat apa yg dibilang, jangan lihat siapa yg bilang. Dalam logika surrogate prabowo merek bisa mendebat ansa sbg surrogate jokowi bahwa ketika kami mengajukan saksi kami ingin sanksi yg lebih memahami persoalan, terlibat dalam proses pemilu atau paling tidak datang dari latar belKang pendidil yg lebih baik (anda letakkan konteks ini dalam tataran atau realitas masyarakat papua yg nota bene masih kurang dalam akses pendidikan). Bukankah selama ini sektor seperti ini yg juga menjadi concern pak chaniago hehehe? So, semua argumentasi anda itu mulai dari kepatutan atau etika atau apapun, ada baiknya diletakkan dalam konteks realitas keterbatasan pendidikan di papua. Itu jika anda ingin bicara kualitas kebenaran yg lebih tinggi. Satu hal lain lagi, jika pernyataan memprihatinkan tdk datang dari seorang prof.chaniago yg juga adalah surrogate caprwz jokowi, mungkin hal itu tdk terlalu masalah. Karrna toh, logis jika semua surrogate membelA calon yang dipilihnya atau zetidaknya menjadi afiliasi diA. Ini justeru hubungan kausalitas yg lebih logis. Di amerika, soal leaning ke kandidat politik juga sangat rame bahkan dalam sistem hukum.mereka. jika anda perhatilan sembilah hakim agung federal amerika itu bisa kita petakan mana yg afiliasi atau leaning ke partai republik mana yg ke demokrat. Dan itu tdk pernah jadi bahan memstigma individu yg bersangkutan kr semua orang paham bahwa mereka memainkan peran masing-masing dalam sistem konstitusi merekA. Di kita beda, sangat berbeda karena cenderung menjadi hipokrit. Seorang pengamat atau akademizi, leaning pada satu calon tertentu, tapi ketika mengomentari lawan dari calonnya, ia bertindak seolah-olah ia masih seorang pengamat atau akademizi. Realitas ini bagi justeru yg lebih memprihatinkan karena tidak menyisakan lagi orang orang yg benar-benar biza memainka peran yg lebih obyektif dan memberilan elinghtment kepada publik di mana publik akan mudah menerimanya tanpa pre-judgement seperti yg terjadi sekarang. Sekali lagi, kenyataan ini justeru jauh lebih tepat disebut memprihantinla atau dijadikan contoh kausalitas yg lebih logis daripada kesaksian atau cara novela membawakan diri di hadapan hakim mk dan jutaan mata konstituen kita di tanah air. Ini mungkin juga bisa dijadikanobyek perdebatan yg menarik. Salam nusantara. Andrinof Chaniago FullItu namanya mengeksploitasi identitas tertentu dan menyembunyikan identitas lannya. Tapi itu biasa dilakukan politisi pada umumnya. Yg ingin saya tunjukkan memang bahwa Novela bukan saksi biasa. Dia aktor, politisi. Kedua, dengan pendidikan, status sosial dan jabatannya, dia seharusnya mentaati tata krama bersidang di Mahkamah Konstitusi. Toh, sodara-sodara kita lainnya dari Papua yang menjadi saksi bisa menghormati tata cara itu. Cara memanggul hakim, misalnya. Panggilan yang mulai itu adalah penghormatan terhadap institusi. Bukan personal. Eh, tapi kalau belu nangkap juga point saya, ya, atos. Mangga'... Emte AedirPak chaniago yg baik. semakin menarik diskusi ini karena senakin memperlihatkan siapakah kita sebenarnya. Apakah kita jauh lebih baik dalam bertutur kata dibandingkan seorang novela. Padahal kita jauh lebih memiliki akses untuk menjafi orang bersdab seperti pak chanuagi yg berpendidiksn tinggi atau kita semua dibanding saudara kita dari papua. Kalau novela bertutur dan bersikap seperyi itu yg dianggap less civilized oleh org2 kota seperti pak chaniago atau banyak dari kita, saya malah lebih bisa memaklumi. Karena novela menikmati atau memperoleh aksez pendidikan yg jauh lebjh terbatas dibanding kita semua. Tetapi kenapa kelakuan kita malah jauh lebih buruk dari strata pendidikan yg kita milili dibandingkan novela hehe. Pak chaniago dan kita semua bisa menjawabnya. Jangan hanya krn kita menduking calon tertentu yg justeru mbuat kita kehilangan kepekaan seperti itu dan terlihat menjadi sangat tidak logis (pinjam istilah pak chaniago) dan tidak rasional membahasakan kekurangan seorang novela. Kita telah memotret sosok novela justeru dengan kamera murahan yg sebaliknya memperlihatkan jika sebenarnya kualitas kota lebih rendah dari seorang novela hehe (sorry to say that). Gelar pendidikan kita yg seabrek ternyata tdk membuat kita lbh terhormat dibandingkan dgn novela (sorry ini.lebih parah lagi). Sekarang saya ingin mengutip langsung rezpons pak chaniago agar kita fokus dalam diskusi ini. Kutipan: " Saksi itu sudah disumpah dg mengangkat kitab suci. Maka, seorang saksi dua kali diharamkan memberikan keterangan palsu. Diharamkan oleh agama dan diharamkan oleh hukum." Skalau pak chaniago menyatakan itu keterangan palsu (seolah-olah anda sudah menjadi hakim atau pengacara dan sekaligus diehard seorang jokowi), maka anda tinggal buktikan keterangan palsu itu. Thats it!. As simple as that. Anda buktikan keterangan dia palsu. Jangan berlindung dibalik logika pernyataan yg juateru terus menerus dibalik karena kita sekarang berada di ranah hukum. Bukankan sama halnya jika agama juga melarang kita menuduh seenaknya sebelum membukrikannya. Jadi saya kira anda tinggal buktikan saja kalau keterangannya palsu, nothing more nothing less. Saya malah bisa mengajukan fakta lain yg mungkin saya asumsikan tdk aka mempwroleh pandangan yg sama dari seorang prof.chaniago kalo saya tanyakan hal sbb; apakah pernyataan jokowi yg menyatakan bhw dia tidak mengetahui proses pembelian bus berkarat transjakarta senilai triliunan, atau apakah pernyataan jokowi bahwa dia telah menyampaikan berkas korupsii transjakarta kepada kpk, dan apakah pernyataan jokowi bhw dia tidak akan meninggalkan jabatan gubwrnurnya sampai ia selesai, dan apakah penyataan jokowi bahwa dia tdk akan mencalonkan diri sbg presiden, @nda tidak anggap sbg keterangan palsu atau pernyataan kebohongan publik atau sesuatu tindakan menyalahi komitmen publik dan dilarang agama atau sesuatu yg sama yg dilalukan oleh novela?. Saya pwrsilahkan ansa menjawab dan mempetahankannya hehe karena saya tahu anda pendukung jokowi). gimana? Andrinof Chaniago FullBerikanlah penilaian dg benar utk objek penilaian yg jelas dan fokus Emte Aedirpertanyaan itu harusnya dijawab oleh pak chaniago, karena anda sudah menilai keterangan novella sebagai palsu. saya sama sekali tidak membantu novella tetapi membantu pak chaniago menemukan kembali apa yang hilang hehe. apalagi penilaian pak chaniago dgn menganggapnya palsu didasarkan pada cara bertutur novella. atau latar belakang pendidikan novella, atau latar belakang afiliasi politik novella. anda menilai sesuatu secara politis untuk sesuatu yang terjadi dalam ranah hokum. jadi idealnya, mestinya anda yang memberikan argumentasi penilaian anda. argumentasi anda itu nantinya akan menjelaskan apakah anda juga punya kredibilitas yang sama dengan novella yang kebetulan anda anggap higga detik ini tidak ada pada diri novella hehehe. fair enough kan? (sampai di sini, saya belom memperoleh response, jadi kita tunggu bersama apa yang menjadi tanggapan beliau. semoga bermanfaat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun