Mohon tunggu...
Muhammad TajudinTholabi
Muhammad TajudinTholabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Matematika UINSA

Seorang yang suka membaca, menulis, dan berimajinasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurikulum Merdeka Hanya Ganti Istilah ?

3 Juni 2024   16:07 Diperbarui: 3 Juni 2024   16:15 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum Merdeka seringkali dikritik di media sosial "hanya ganti istilah". Misalnya KI (Kompetensi Inti)  di ganti CP (Capaian Pembelajaran), KD (Kompetisi Dasar) diganti TP (Tujuan Pembelajaran), Silabus diganti Alur Tujuan Pembelajaran. Namun, jika kita membaca atau buku panduan Kurikulum Merdeka atau naskah akademik, jelas bahwa inti/pokok dari Kurikulum Merdeka berbeda dengan kurikulum sebelumnya.

Dengan adanya capaian pembelajaran yang dicapai per fase, materi pembelajaran menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan murid. Sebelumnya, siswa sering merasa terbebani dengan banyaknya materi, dan guru merasa tertekan untuk menyelesaikan semua materi. Akibatnya, pembelajaran cenderung berulang-ulang seperti : guru mengajar, memberi tugas, dan mengulanginya. Meski sebenarnya bisa diatasi dengan pembaruan antar mata pelajaran, karena tidak diatur di kurikulum membuat banyak guru merasa harus menyelesaikan semua materi, sehingga murid yang tertinggal semakin ketinggalan.

Dengan capaian pembelajaran per fase yang lebih panjang dari satu semester atau satu tahun, murid yang tertinggal dapat dibantu dalam fase yang sama. Selain itu, dengan kemerdekaan guru dalam merancang tujuan pembelajaran, mereka dapat lebih fleksibel dalam menentukan waktu untuk setiap tujuan, memungkinkan pembelajaran yang lebih mendalam. Guru dapat memulai pembelajaran dengan penilaian awal untuk memetakan kesiapan dan kebutuhan murid, lalu merancang pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut.


Selama proses pembelajaran, bagian penilaian formatif selalu ada untuk mengetahui ketercapaian kompetensi murid dan memberikan umpan balik yang terus menerus. Baru pada akhir fase dilakukan penilaian sumatif, sehingga pembelajaran lebih mendalam dan berkualitas, tanpa terburu-buru.

Perubahan ini mungkin tampak kecil, namun dampaknya besar bagi murid. Pendidikan karakter yang dalam Kurikulum 2013 menjadi bagian terpisah, dalam Kurikulum Merdeka diintegrasikan dalam proyek profil pelajar Pancasila, yang tidak hanya fokus pada nilai-nilai karakter, tetapi juga pada pengembangan keterampilan abad 21 yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun