Keterangan foto: suasana kemacetan di tepi Danau Laut Tawar Takengon Aceh Tengah (Foto: Khalis)
Arus lalu lintas pada hari ketiga lebaran tahun ini sangat padat. Kota Takengon dan jalur jalan menuju ke obyek wisata Danau Laut Tawar yang biasanya sepi, pagi Minggu lalu sempat macet total. Bayangkan, untuk menempuh perjalanan dari Kota Takengon ke Mendale (tepi Danau Laut Tawar) yang jaraknya hanya 2 Km memerlukan waktu tempuh hampir 2 jam.
Beruntung pada hari itu, langit sedikit mendung dan suhu udara berada pada titik 20 derajat Celcius. Walaupun terpanggang cahaya matahari, angin sejuk terus berhembus menembus tubuh ribuan warga yang terjebak kemacetan. Hati mereka barangkali cukup panas tetapi belum sampai menimbulkan kegelisahan, karena cuaca yang sejuk mampu mendinginkan kepalanya.
Dua jam terjebak kemacetan, matahari mulai beranjak naik. Suhu udara sudah berada pada titik 25 derajat Celcius. Warga yang terjebak dalam ratusan mobil itu mulai gerah. Mereka terlihat cukup gelisah. Wajar, karena posisinya persis seperti berada dalam sebuah rumah kaca yang dipanggang ditengah terik matahari.
Bagi mobil yang memiliki pendingin AC, penumpangnya terlihat dapat menikmati kemacetan itu. Sebaliknya, anak dan bayi yang menumpang mobil non AC dan mobil bak terbuka bergantian menangis. Jeritan histeris anak-anak dan bayi tersebut ternyata membuat panik para pengemudi. Alhasil, nama penghuni kebun binatang keluar dari mulut para pengemudi yang ditujukan kepada siapa saja.
Tidak sabar, para pengemudi turun dari mobilnya menuju ke lokasi sumber kemacetan. Disana terlihat sekelompok orang sedang bertengkar. Penyebab pertengkaran itu karena seorang pengemudi memaksa mobilnya masuk ke sebuah celah sempit, diantara dua mobil yang sedang diparkir. Akibatnya, mobil itu tidak bisa maju atau mundur karena terpepet mobil yang terus berdatangan dari depan dan belakang.
Ditengah pertengkaran sengit antara para sopir dengan pemilik mobil penyebab kemacetan itu, tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya bersuara bariton berteriak: “Kita harus ada toli-ransi supaya semua mobil lain bisa lewat!”
Mendengar kata toli-ransi, pertengkaran itu berhenti tiba-tiba. Suasana menjadi senyap. Si sopir yang mobilnya menjadi penyebab kemacetan bertanya: “Apa maksudnya toli-ransi?”
“Kasih kesempatan lewat kepada yang lain, karena semua mobil berhak lewat atas jalan ini,” jelas lelaki paruh baya itu.
“Mobil ini nggak bisa maju dan mundur boss!” pekik sopir yang mobilnya menjadi penyebab kemacetan.
“Harus ada mobil yang mau mengalah, yang depan mundur sedikit yang belakang juga mundur sedikit. Nanti ada jalan bagi mobilmu untuk maju. Itu namanya toli-ransi,” kata lelaki paruh baya itu sambil memberi aba-aba kepada beberapa mobil untuk mundur.