Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tengku Budiman Tak Risih Gendong Bayi

3 Juni 2013   11:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:36 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1370234804960989495

[caption id="attachment_257765" align="aligncenter" width="640" caption="Tengku Budiman dan cucu dalam gendongannya, tidak risih karena beliau sangat pengertian kepada isterinya."][/caption]

Budaya atau tradisi yang ditemukan dalam tatanan sosial di nusantara, sering memposisikan hegemoni laki-laki. Seolah-olah, laki-laki (suami) adalah penguasa tunggal dalam sebuah keluarga, semua harus melayani sang kepala keluarga. Ironisnya, ketika si isteri disibukkan menyiapkan makan untuk si kepala keluarga, dia juga harus menggendong bayi di punggungnya.

Bukan demikian halnya dengan Tengku Budiman, dia tergolong orang yang tidak fanatik dengan tradisi hegemoni laki-laki. Walaupun sebagai seorang tengku (sebutan kiyai di Aceh) plus tokoh masyarakat, dia tidak risih menggendong bayi. Hebatnya lagi, Tengku Budiman dengan penuh percaya diri meninabobokkan bayi itu dalam gendongannya sambil jalan-jalan keliling desa.

Padahal, tradisi hegemoni laki-laki masih sangat kental dipegang warga yang tinggal disekitar permukiman kompasianer. Hampir tidak ditemukan seorang laki-laki menggendong bayi di luar rumah, apalagi sampai menelusuri jalanan di permukiman itu. Bahkan, ketika seorang bayi menangis, biasanya langsung diserahkan kepada ibunya.

Ketika ditemui kompasianer, Sabtu (1/6/2013) lalu, Tengku Budiman mengaku bahwa bayi dalam gendongan itu adalah cucunya. Orang tua dari bayi itu sedang pergi kerja sehingga bayi itu dititipkan kepada neneknya (isteri Tengku Budiman). Saat bersamaan, isteri Tengku Budiman sedang menyelesaikan urusan rumah tangga, sehingga si bayi dininabobokkan oleh sang kakek dalam gendongnya.

Alat yang digunakan Tengku Budiman untuk menggendong si bayi hanya seulas kain panjang batik diikatkan ke bahunya. Menurut Tengku Budiman, dia sering menggendong bayi, dulu anaknya sekarang cucunya. Oleh karena itu, dia sudah ahli melilitkan kain panjang batik ke bahunya sehingga kelihatan rapi dan kokoh.

Ketika kompasianer tanyakan, apakah dia tidak merasa risih mengengkun (bahasa gayo artinya meninabobokkan bayi dengan menggendong). Menurut Tengku Budiman, dia sudah terbiasa melakukan tugas itu, terutama ketika isterinya sedang menyiapkan urusan rumah tangga. Disamping itu, lanjut Tengku Budiman, bayi itu tidak rewel lagi ketika sudah berada dalam gendongannya.

Beberapa tetangga kompasianer yang ditanyai tentang pembagian tugas rumah tangga yang dilakukan Tengku Budiman, mengaku sangat salu dan memberi dua jempol untuk lelaki paruh baya itu. Pasalnya, jarang ditemukan seorang laki-laki yang tidak risih menggendong bayi di luar rumahnya. “Tengku Budiman itu memang sangat pengertian kepada isterinya, beliau memang tetangga yang budiman,” ungkap Fikar Aman Dio, tetangga dekat Tengku Budiman.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun