Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sadis, PLN Tagih Listrik yang Belum Dipakai

16 Agustus 2014   22:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_338343" align="aligncenter" width="600" caption="Struk pembayaran listrik yang angka stand meternya direka oleh pihak PLN"][/caption]

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sering mereka-reka listrik yang digunakan pelanggannya. Begitulah keluhan pelanggan yang ditulis pengguna media jejaring sosial akhir-akhir ini. Keluhan itu terus bergulir dengan berbagai tanggapan dan caci maki, semuanya ditujukan kepada perusahaan listrik itu. Entah keluhan itu dibaca atau tidak oleh pihak PLN, faktanya semua uneg-uneg pelanggan PLN ditumpahkan di media jejaring sosial tersebut.

Saya tidak percaya jika sebuah perusahaan sekelas PLN masih mereka-reka angka meteran di struk tagihan listrik. Sedangkan listrik yang tiba-tiba padam, sering terjadi. Oleh karena itu, saya sering mengabaikan status FB dan twit tentang rumor angka meteran yang direka-reka oleh petugas PLN.

Pasalnya, di era Dahlan Iskan sebagai Dirut PLN, pelayanannya makin membaik. Pembayaran tagihan listrik makin mudah, bisa dilakukan secara online. Saya menganggap dengan teknologi yang sudah cukup maju dewasa ini, mustahil petugas PLN yang bergaji tinggi masih mereka-reka angka meteran pelanggan dari meja kerjanya.

Imej positif itu tiba-tiba sirna manakala saya temukan angka pemakaian listrik hasil rekaan. Memang, tagihan listrik dalam tiga bulan terakhir cukup tinggi, rata-rata diatas Rp. 400 ribu per bulan. Saya berpikir barangkali tagihan itu terkait dengan naiknya tarif dasar listrik. Saya diam saja, tidak pernah komplain kepada PLN atas melonjaknya tagihan listrik.

Iseng, Kamis (14/8/2014) kemarin, saya memotret capung loreng yang bertengger diatas meteran listrik. Saat mengamati hasil pemotretan itu, mata saya terpaku pada angka di meteran tersebut. Stand meter di alat tersebut menunjukkan angka 14060,3 kWh.

[caption id="attachment_338344" align="aligncenter" width="600" caption="Alat pencatat penggunaan listrik pada posisi tanggal 14 Agustus 2014."]

14081767571195853687
14081767571195853687
[/caption]

Seingat saya, pada struk tagihan listrik bulan Agustus yang dibayar tanggal 9 Agustus 2014 lalu, stand meter terakhir tertulis 01410400. Kenapa PLN menagih listrik yang belum saya gunakan? Saya mencoba memotret ulang alat pengukur penggunaan listrik itu, angkanya tetap sama 14060,3 kWh.

Sadis amat cara petugas pencatat meteran listrik ini. Pada posisi tanggal 14 Agustus 2014 (lima hari setelah tagihan listrik dibayar) stand meter di rumah saya hanya 14060,3 kWh. Anehnya, pihak PLN menagih pemakaian listrik pada posisi stand meter 01410400? Ini artinya PLN melakukan mark-up dengan menagih 43,7 kWh listrik yang belum digunakan. Sebegitu cerobohkah BUMN itu, dan tega-teganya mengeruk uang pelanggan?

Supaya tidak dianggap fitnah, saya mempersilahkan pihak PLN untuk melakukan cross check terhadap aksi reka-reka angka stand meter oleh petugas PLN. Silahkan lihat sendiri stand meter yang terpasang di rumah saya. ID Pelanggannya adalah 111001426541 beralamat di Jalan Rukun Abadi Gampong Pineueng, Banda Aceh.

Itulah faktanya plus kado HUT Kemerdekaan Ke-69 RI buat saya. Masih percayakah kita terhadap kinerja PLN yang katanya sudah profesional? Dengan kejadian itu, saya malah cenderung mempercayai keluhan plus komentar-komentar miring para pengguna media jejaring sosial di FB dan twitter. Dapat disimpulkan bahwa pengguna media jejaring sosial itu benar-benar menulis fakta dan kenyataan yang dialaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun