Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nenas Poles, Agrowisata Andalan Aceh Tengah

30 Januari 2014   00:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kopi arabika Gayo yang makin dikenal dengan citarasanya yang unik, ternyata Aceh Tengah memiliki andalan lain dibidang agrowisata. Andalan itu dikenal dengan nama “nenas poles.” Nenas manis yang dibudidayakan petani di Kecamatan Pegasing, sekitar 6 Km dari kota Takengon, menjadi salah satu obyek agrowisata itu. Tanaman yang tumbuh di areal seluas 20 hektar itu, selain dipasarkan ke luar daerah juga dijajakan para petani kepada wisatawan yang berkunjung ke lokasi itu. [caption id="attachment_309137" align="alignright" width="300" caption="Inen Ipak, penjual nenas yang memanfaatkan Pos Kamling sebagai tempat berjualan nenas poles."][/caption] Melihat pasar nenas poles yang menjanjikan, pemilik kebun nenas disana membuka warung-warung rujak didepan ladang nenasnya. Biasanya, warung itu dikelola oleh isteri atau putri pemilik kebun nenas tersebut. Mereka memasarkan buah nenas itu dengan menggantungnya di depan warung mereka. Satu buah nenas yang sudah dikupas dan dicincang-cincang seukuran 5 cm plus bumbu rujak, diberi harga Rp.10.000 per porsi. Menu itu mereka berinama nenas poles, karena cara makannya dengan mengolesi nenas itu dengan bumbu rujak tadi. Salah seorang penjual nenas poles yang dipanggil Inen Ipak (40), Minggu (26/1/2014) di Kayu Kul Pegasing, mengaku rata-rata bisa menjual nenas poles sampai 20 buah per hari. Sering juga, setelah wisatawan menyicipi nenas poles di warungnya, mereka memborong nenas itu sampai puluhan buah. “Begitu mereka tahu rasa nenas ini manis, biasanya mereka borong nenas-nenas ini,” kata Inen Ipak. Inen Ipak yang kebun nenasnya berada dibelakang permukiman warga memanfaatkan Pos Kamling sebagai tempatnya berjualan. Sedangkan pemilik kebun nenas yang berbatasan dengan Jalan Negara Bireuen-Takengon-Kutacane, warung nenas poles didirikan di pinggir jalan dengan berbagai bentuk dan model. Walaupun sedang tidak ada kunjungan wisatawan dari luar daerah, kawasan itu tetap ramai dikunjungi warga. Mereka yang mampir disana ada yang berasal dari Takengon dan Bener Meriah. Lebih-lebih pada hari minggu atau hari libur, pengunjung sering tidak kebagian meja atau tempat duduk. Jangan heran jika di kawasan itu terlihat sejumlah orang sedang menyicipi nenas poles sambil berdiri. Hal itu bukan karena tradisinya seperti itu, tetapi karena mereka tidak kebagian tempat duduk. Sore itu, rencananya kompasianer akan mampir ke warung nenas poles berlantai dua yang terletak ditengah kebun nenas. [caption id="attachment_309139" align="alignright" width="300" caption="Master Chef Sabri yang memanfaatkan kebun nenas sebagai lokasi shooting TV Al Hijrah Malaysia (Foto: Khalis)"]

1391015873888627924
1391015873888627924
[/caption] Namun, warung nenas poles itu sudah penuh pengunjung sehingga kompasianer terpaksa merapat ke warung Inen Ipak yang menumpang di Pos Kamling depan sebuah sekolah. Mejanya sederhana. Tempat duduknya dari sua lembar papan, sayangnya sudah terisi semua. Tiada pilihan lain, kompasianer terpaksa duduk diatas batu besar yang berada disamping Pos Kamling itu. Inen Ipak dengan tangkas mengupas sebuah nenas, mencincangnya dan menyajikan dalam sebuah wadah (piring) plus bumbu rujak yang terbuat dari gula dan kacang. Sambil “nongkrong” diatas batu besar itu, kompasianer mulai menyicipi potongan-potongan nenas itu sambil memolesnya dengan bumbu rujak. Rasanya nano-nano, ada manis, pedas, asin dan yang pasti sangat nikmat. Nenas Pegasing dikenal memiliki kandungan air yang cukup banyak. Biasanya, setelah menyantap seporsi nenas poles itu tidak perlu lagi minum air. Begitu nikmatnya, sore itu kompasianer harus memesan satu porsi lagi. Seperti pengunjung yang lain,  kompasianer juga memesan lima buah nenas yang sudah matang untuk dibawa pulang. [caption id="attachment_309138" align="alignright" width="300" caption="Dua porsi nenas poles yang membuat wisatawan tidak dapat melupakan kawasan agrowisata ini"]
1391015808469740624
1391015808469740624
[/caption] Yusran, seorang facebooker dari Banda Aceh mengaku paling sering makan nenas poles saat berkunjung ke Takengon. Biasanya, tambah Yusran, selesai urusan dinas di kota Takengon, dia langsung meluncur ke Pegasing untuk menikmati nenas poles. Dia pasti membawa pulang nenas Pegasing sebagai oleh-oleh untuk teman-temannya di Banda Aceh. Demikian pula dengan Ahmad Haris, pegiat Linux yang kini tinggal di Depok. Dia sangat terkesan dengan nenas poles di kawasan Pegasing itu. Ketika dia bertugas ke Takengon beberapa tahun lalu, dia dan timnya sering menghabiskan malam di kebun nenas sambil menikmati nenas poles. “Kalau saya ke Takengon lagi, saya pasti nongkrong disana sambil makan nenas,” pungkas perancang program BlankOn itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun