Selain kopi arabika Gayo yang makin dikenal dengan citarasanya yang unik, ternyata Aceh Tengah memiliki andalan lain dibidang agrowisata. Andalan itu dikenal dengan nama “nenas poles.” Nenas manis yang dibudidayakan petani di Kecamatan Pegasing, sekitar 6 Km dari kota Takengon, menjadi salah satu obyek agrowisata itu. Tanaman yang tumbuh di areal seluas 20 hektar itu, selain dipasarkan ke luar daerah juga dijajakan para petani kepada wisatawan yang berkunjung ke lokasi itu. [caption id="attachment_309137" align="alignright" width="300" caption="Inen Ipak, penjual nenas yang memanfaatkan Pos Kamling sebagai tempat berjualan nenas poles."][/caption] Melihat pasar nenas poles yang menjanjikan, pemilik kebun nenas disana membuka warung-warung rujak didepan ladang nenasnya. Biasanya, warung itu dikelola oleh isteri atau putri pemilik kebun nenas tersebut. Mereka memasarkan buah nenas itu dengan menggantungnya di depan warung mereka. Satu buah nenas yang sudah dikupas dan dicincang-cincang seukuran 5 cm plus bumbu rujak, diberi harga Rp.10.000 per porsi. Menu itu mereka berinama nenas poles, karena cara makannya dengan mengolesi nenas itu dengan bumbu rujak tadi. Salah seorang penjual nenas poles yang dipanggil Inen Ipak (40), Minggu (26/1/2014) di Kayu Kul Pegasing, mengaku rata-rata bisa menjual nenas poles sampai 20 buah per hari. Sering juga, setelah wisatawan menyicipi nenas poles di warungnya, mereka memborong nenas itu sampai puluhan buah. “Begitu mereka tahu rasa nenas ini manis, biasanya mereka borong nenas-nenas ini,” kata Inen Ipak. Inen Ipak yang kebun nenasnya berada dibelakang permukiman warga memanfaatkan Pos Kamling sebagai tempatnya berjualan. Sedangkan pemilik kebun nenas yang berbatasan dengan Jalan Negara Bireuen-Takengon-Kutacane, warung nenas poles didirikan di pinggir jalan dengan berbagai bentuk dan model. Walaupun sedang tidak ada kunjungan wisatawan dari luar daerah, kawasan itu tetap ramai dikunjungi warga. Mereka yang mampir disana ada yang berasal dari Takengon dan Bener Meriah. Lebih-lebih pada hari minggu atau hari libur, pengunjung sering tidak kebagian meja atau tempat duduk. Jangan heran jika di kawasan itu terlihat sejumlah orang sedang menyicipi nenas poles sambil berdiri. Hal itu bukan karena tradisinya seperti itu, tetapi karena mereka tidak kebagian tempat duduk. Sore itu, rencananya kompasianer akan mampir ke warung nenas poles berlantai dua yang terletak ditengah kebun nenas. [caption id="attachment_309139" align="alignright" width="300" caption="Master Chef Sabri yang memanfaatkan kebun nenas sebagai lokasi shooting TV Al Hijrah Malaysia (Foto: Khalis)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H