Gowes atau mengayuh sepeda merupakan aktifitas rutin pada setiap minggu sore. Disore hari, jalanan agak lengang. Mayoritas warga kota Takengon sedang menghabiskan waktu di ladang kopi, ada juga yang berwisata ke Danau Laut Tawar. Dalam keadaan seperti itu, sepeda bisa dipacu pada kecepatan 20-25 km/jam.
Rute gowes tidak terlalu jauh, hanya di seputaran kota dengan melintasi jalan-jalan protokol yang membelah kota dingin itu. Jaraknya dari rumah tidak lebih dari 5 kilometer, namun tidak terlalu melelahkan, karena perjalananya menembus udara dingin pada suhu 18⁰C. Oleh karena itu, keringat yang mengucur dari lubang pori seketika kering tersapu hempasan angin dingin.
Pada akhirnya, toh rasa lelah terasa juga setelah gowes sejauh 5 kilometer. Lelah itu timbul antara lain karena terbakarnya kalori. Stamina pun melorot, perlu segera diganti dengan air plus asupan bergizi. Susu segar, itulah asupan paling tepat untuk mengatasi hal tersebut. Mencari susu segar di kota Takengon, itu adalah sebuah problem baru.
Memang ada beberapa peternak sapi perah di luar kota, tetapi produksi susu segar belum kontinyu. Namun saya sempat berpikir untuk mendatangi peternakan itu. Sayang, letaknya terlalu jauh dan berada di perbukitan. Stamina yang sudah mulai melorot ini dipastikan langsung drop begitu sampai di lokasi peternakan tersebut.
Ditengah kecamuk pemikiran itu, sepeda saya sudah berada didepan sebuah minimarket. Saya putuskan masuk kedalam minimarket itu untuk mencari minuman yang dapat menghilangkan rasa lelah. Disana, didalam lemari pendingin terpajang berbagai susu kemasan. Mata saya terpaku pada sebuah produk susu kemasan bermerek Indomilk.
“Susu segar,” begitu kalimat yang tertulis pada kemasannya. Menarik nih, pikir saya. Bagaimana tidak, dalam kondisi tubuh yang kelelahan, saya bayangkan minuman dingin itu tiba-tiba membasahi rongga tenggorokan. Nikmatnya....
Kemudian, saya membeli 5 kotak susu segar Indomilk dingin ukuran 250 ml. Harganya cukup murah, terjangkau untuk semua kantong. Selesai membayar, saya sedot susu segar dingin dari kotak pertama. Uh segarnya, rasanya stamina pun kembali seperti sediakala.
“Susu ini cocok untuk membuat latte,” kata si sulung ketika melihat isi bungkusan plastik kresek diatas meja barista.
“Ah masa iya?” sanggah saya.
“Benar, foamnya bagus,” yakin si sulung.