Keterangan foto: Wajah muram Messi di Copa America 2015 (Foto> Kompas.com)
Siapa yang tidak mengenal Lionel Messi, mulai dari anak-anak sampai orang tua sangat familier dengan wajah pemain asal Argentina itu. Buktinya, setiap membeli kaos sepak bola, para orang tua lebih suka memilihkan kaos yang bertuliskan nama Messi untuk anaknya. Demikian pula anak-anak yang bermain sepak bola di tengah sawah, semuanya ingin dipanggil dengan sebutan Messi. Begitulah popularitas Messi di tanah air, bahkan di seluruh dunia.
Di Liga Eropa, pemain bertubuh kecil ini paling ditakuti karena gerakannya seperti “hantu.” Messi mampu bergerak cepat melewati celah sempit yang tidak terduga dan menembus barisan pertahanan lawan. Meskipun saat itu Messi dijaga ketat oleh 2 sampai 3 orang, dengan mudah dikecohnya barisan pertahanan lawan. Tidak jarang, aksi bergaya “hantu” itu membuahkan gol, terutama melalui sontekan atau memberi asis ke kaki teman setimnya.
Siapapun mengakui, Lionel Messi begitu digdaya di Liga Eropa. Klub Barcelona yang menempatkannya pada posisi ujung tombak bukan hanya meraup laba, tetapi pada musim ini klub dari Catalan itu berhasil meraih semua tropi. Pemain bernomor punggung 10 itu benar-benar menjadi truff dan “magnet” bagi klubnya. Penonton dari seluruh dunia selalu menantikan penampilannya di lapangan hijau. Wajar jika karcis pada setiap pertandingan Barcelona ludes terjual. Bahkan, stasion televisi berbayar yang menyediakan siaran langsung Liga Spanyol sangat diminati pecandu sepak bola.
Boleh saja si “anak ajaib” itu merajai setiap laga di daratan Eropa, tetapi tidak di Amerika Latin. Entah kenapa, setiap Lionel Messi berlaga di Amerika Latin, dia kehilangan kedigdayaannya. Messi terkesan seperti pemain biasa ketika berhadapan dengan kesebelasan dari Amerika Latin. Ketajaman dan kecepatannya sebagaimana di Liga Eropa, tidak mampu diperlihatkan lelaki ini. Dikatakan kurang dukungan pemain belakang dan gelandang, rasanya kurang tepat. Sebab, sebagian besar pemain Argentina adalah pemain yang malang melintang di Liga Eropa, katakanlah seperti Angel Di Maria, Javier Mascherano, termasuk Higuain dan Sergio Aguero.
Padahal, di Piala Dunia Brazil 2014, Argentina merupakan kesebelasan yang digadang-gadang sebagai juara. Sayang, Messi dan kawan-kawan harus menerima kenyataan dikalahkan 0-1 oleh Jerman. Demikian pula di ajang Copa America, semua orang memprediksi bahwa Argentina akan menjuarai even sepak bola itu. Faktanya, sekali lagi Messi dan kawan-kawan harus tertunduk lesu, dipecundangi Cile 4-1 melalui drama adu penalti. Tim Tango yang bertabur pemain bintang, ternyata belum mampu mempersembahkan tropi untuk rakyat Argentina. Sedih nian nasib Tim Tango ini. Di Eropa, mereka mampu mengantar klubnya ke posisi juara, tetapi di benuanya sendiri sama sekali tidak berdaya.
Dengan kondisi seperti itu, pantaskah Lionel Messi disamakan dengan legenda sepak bola Argentina, Maradona? Untuk skala Eropa, Messi memang hebat. Sebaliknya, untuk skala dunia, Messi belum mampu melampaui prestasi Maradona. Barangkali, kegagalan itu yang membuat wajah Messi begitu muram usai laga Argentina vs Cile. Isu yang berkembang saat ini, Messi menolak bola emas sebagai penghargaan untuk pemain terbaik di Copa America.
Berdasarkan pemberitaan beberapa media online, alasan Messi menolak bola emas tersebut karena dia tidak mau menerima penghargaan untuk pribadinya. Bola emas bukan target Messi, tetapi gelar juara yang diimpikannya. Disisi ini, kita harus angkat topi untuk seorang Lionel Messi. Ternyata, dia memiliki esprit de corps yang sangat tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa Messi bermain sepak bola bukan untuk dirinya, tetapi untuk bangsanya.
Terbetik rasa haru melihat sikap dan semangat patriotisme dari seorang Lionel Messi. Kelihatan sekali bahwa Messi bukan sosok yang egois sebagaimana yang ditunjukkannya dalam setiap pertandingan. Lihat saja dalam setiap pertandingan, saat dia memiliki kesempatan untuk menendang ke gawang lawan, seringkali dia memberi asis kepada teman yang peluangnya lebih besar. Begitulah Messi yang sesungguhya, tidak ingin makan sendiri tetapi lebih suka berbagi.
Memang pada saat ini Messi belum mampu mempersembahkan gelar juara untuk bangsanya, tetapi dialah pahlawan sesungguhnya bagi Argentina. Maradona boleh mengatakan Messi belum sebanding dengan dirinya, namun kedewasaan yang dimiliki Messi jauh diatas Maradona. Oleh karena itu, di Copa America 2015 sosok Messi layak diberi gelar “raja” meskipun tanpa tahta. Semoga sikap yang ditunjukkan seorang Lionel Messi akan menginspirasi pemain sepak bola lain diseluruh dunia, terutama pemain sepak bola di tanah air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H