Kopi 1551⁺ MDPL, istilah apalagi nih? Memang, seiring meningkatnya jumlah penggemar kopi di tanah air mendorong kreativitas para produsen. Bukan hanya meramu kopi dengan susu dan suplemen lain, mereka pun semakin rajin bereksperimen. Semua itu dilakukan semata-mata untuk memberikan kepuasan cita rasa kepada konsumen.
Tidak berhenti pada cita rasa, mereka pun mengemas produknya dalam packaging mewah. Packaging yang “memaksa” konsumen untuk melirik produk tersebut. Belum cukup, mereka memberi nama produk itu dengan istilah-istilah unik, seperti luwak coffee, volcano coffee, wine coffee, sampai kopi 1551⁺ MDPL.
Pemberian nama produk itu bukan ujug-ujug. Bukan sekedar untuk menarik perhatian konsumen. Umumnya, nama atau merek itu lahir sesuai dengan background produk tersebut. Seperti halnya pemberian nama 1551⁺ MDPL Specialty Coffee sebagai penanda bahwa kopi itu berasal dari ketinggian diatas 1551 meter dari permukaan laut.
Benarkah? Begitulah kata Haji Rasyid (54), owner Oro Kopi Gayo di Takengon, Minggu (29/1/2017). Eksportir dan pengusaha roasted coffee ini bertekad akan memanjakan lidah para konsumen kopi dalam negeri. Dia sangat memahami, selama ini konsumen kopi dalam negeri terbiasa menyeruput kopi grade 4. Saatnya konsumen dalam negeri mencicipi specialty coffee, kopi istimewa yang paling dicari (most wanted) oleh buyer luar negeri.
Kenapa dikatakan specialty coffee? Ini tahapan yang diperlukan agar sebuah produk kopi dapat digolongkan sebagai specialty coffee:
- Kopi berasal dari tempat yang tinggi’
- Biji yang dipetik harus masak (merah sempurna);
- Fermentasi harus sempurna;
- Penyucian harus sempurna;
- Stoking harus sempurna;
- Penjemuran harus di para-para;
- Penjemuran dengan sinar matahari tidak dipaksakan;
- Penyimpanan gabah dalam kantong plastik kedap udara;
- Penggililingan gabah dengan huller;
- Memilih biji sempurna, besar minimal 7 mm;
- Penyegaran (penyimpanan) minimal selama 7 hari;
- Diroasting diruangan yang bebas dari bebauan;
- Uji cita rasa oleh tim yang sudah bersertifikat.
Sebuah kawasan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah yang senantiasa diselimuti kabut, yaitu: kawasan Atu Gajah, Pantang Terong, Ulung Gajah Kebayakan, Gunung Ujen Bukit Sama, Jejem, serta Uning Bertih dan Baloken di Kabupaten Bener Meriah.
Kopi gelondong merah dari kawasan tersebut dibeli diatas harga pasaran. Biasanya, para pedagang pengumpul membeli kopi gelondong merah seharga Rp 10 ribu per 2 liter, maka Haji Rasyid berani membeli gelondong merah seharga Rp 14 ribu per 2 liter.
“Syaratnya, biji ceri harus masak sempurna dan paling penting, varietasnya Gayo1, Gayo2 atau P88,” tegas lelaki yang juga berprofesi sebagai guru SD tersebut.
Lantas, berapa harga produk Specialty coffee 1551⁺ MDPL yang ditawarkan Haji Rasyid? Rp 300 ribu per kilogram, baik yang sudah menjadi powder (bubuk) maupun yang masih berbentuk roasted coffee. Mahal? Tidak juga apabila dibandingkan dengan biaya produksi dan proses yang harus dilalui. Malah, apabila dibandingkan dengan harga produk kopi yang dijual cafe-cafe internasional, Specialty coffee 1551⁺ MDPL ini tergolong sangat murah.
Mari kita telisik hasil tes cita rasa Specialty coffee 1551⁺ MDPL ini. Hasil cup test yang dilakukan oleh Gayo Cuppers Team 12 November 2016 dengan panelis Mahdi, Fitra Cahyadi, Aryadi, Subali dan Bambang Ismi Ariga, memberi total score 86 untuk produk Specialty coffee 1551⁺ MDPL.