[caption id="attachment_146714" align="alignright" width="300" caption="Jembatan Cincin di Jawa Barat yang dibangun Perusahaan Kereta Api Belanda pada tahun 1918, masih berdiri kokoh sampai hari ini, kenapa? (sumber foto: google/galihgumelar.com)"][/caption] Runtuhnya jembatan Mahakam II di Kutai Kartanegara menyisakan banyak misteri. Sekarang muncul berbagai isu, mulai dari isu penyimpangan konstruksi sampai kepada isu-isu yang bersifat tahyul. Padahal, jembatan yang bergelar “Golden Gate” di Kalimantan itu masih berusia sangat muda, kurang lebih 10 tahun. Menteri PU, Djoko Kirmanto, kepada sejumlah media menyatakan keheranannya atas runtuhnya jembatan itu.
Menteri saja sampai heran, apalagi orang awam yang tidak memahami konstruksi jembatan, pasti lebih terheran-heran lagi. Soalnya, Kalimantan tidak termasuk wilayah gempa, sehingga runtuhnya infrastruktur atau sebuah bangunan tidak mungkin menjadikan gempa sebagai “kambing hitam.” Hampir tidak ada alasan logis yang bisa membantah bahwa runtuhnya jembatan itu bukan karena human error.
Pernah juga berkembang isu, bahwa lantai jembatan itu sering ditabrak oleh tongkang yang lewat dibawah jembatan “Golden Gate” ini. Akibat tabrakan itu, terjadi kerusakan beberapa bagian jembatan, termasuk lantai jembatan. Sekarang, sudah ditunjuk tim untuk menyelidiki runtuhnya jembatan itu, kita tunggu apa penyebabnya.
Untuk sementara, penjelasan Mulyadi Wakil Ketua Komisi V DPR-RI melalui www.jurnalparlemen.com (1/12) dapat menjadi referensi penyebab runtuhnya jembatan itu. Menurutnya, "Sejak dioperasikan tahun 2001, struktur jembatan sudah mengalami pergeseran pada ujung atas tiang (pylon) jembatan. Kondisi itu diperparah kegagalan sistem sambungan kabel utama dengan kabel penggantung."
Bagi kita, masyarakat yang awam terhadap masalah konstruksi, tentu bertanya dalam hati, kenapa Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi di Palembang masih kokoh berdiri sampai hari ini? Padahal, jembatan yang mulai dibangun pada tahun 1962, dan efektif digunakan sejak tahun 1965, usianya sudah mencapai 46 tahun. Waktu itu, jumlah pakar dibidang teknik sipil masih sangat sedikit dibandingkan era tahun 2000-an, saat jembatan “Golden Gate” Mahakam II mulai dibangun.
Di Sumatera Selatan juga ditemukan Jembatan Kertapati yang dibangun Belanda tahun 1930, tetapi masih tetap digunakan sampai sekarang. Barangkali kita juga pernah mendengar jembatan cincin di Jatinangor Jawa Barat yang dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda tahun 1918, sampai kini masih berdiri kokoh yang digunakan penduduk dan mahasiswa untuk menyeberang.
Kalau mau ditulis, tidak cukup halaman Kompasiana untuk menceritakan kekokohan jembatan dan infrastruktur yang dibangun Belanda. Inilah yang mengherankan kita, kenapa di era Pemerintah Belanda yang teknologi konstruksinya belum secanggih sekarang, tetapi bangunan yang mereka buat sangat kokoh. Kenapa di era teknologi canggih dan berlimpah uang saat ini, kok bangunan dan infrastrukturnya rapuh dan mengkhawatirkan?
Salah satu bukti nyata adalah Jembatan “Golden Gate” Mahakam II di Kutai Kartanegara yang runtuh dan kupak kapik minggu lalu. Akankah jembatan atau infrastruktur lain di Indonesia akan menyusul nasib jembatan “Golden Gate” itu? Wallahualam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H